Liputan6.com, Jayapura - Masyarakat di kawasan Danau Sentani, Kabupaten Jayapura banyak menyimpan kapak perunggu yang diproduksi di Dong Son, daaerah yang terletak di bagian utara Vietnam. Budaya perunggu di Dong Son berlangsung sekitar 2.400 hingga 2.100 tahun yang lalu.
Setelah kemunduran jaringan dagang orang Lapita dari Pulau Manus, sekitar 2.500 tahun yang lalu di Pasifik, ada bukti konkret tentang transaksi antara Asia Tenggara dan Papua terjadi.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menuturkan kapak perunggu menjadi salah satu komoditas perdagangan. Bukti hubungan Papua dengan Asia Tenggara dengan ditemukannya artefak perunggu produksi Dong Son di kawasan Danau Sentani.
Advertisement
Dalam penelitiannya, Hari menyebutkan kapak perunggu yang ditemukan di Danau Sentani dibuat dengan teknik cire perdue. Teknik ini yaitu benda yang dikehendaki dibuat terlebih dahulu dari lilin, lengkap dengan segala bagian-bagiannya. Kemudian model dari lilin itu ditutup dengan tanah dan dipanaskan, maka selubung tanah akan menjadi keras.
Sedangkan lilinnya menjadi cair dan mengalir ke luar dari lubang yang telah disediakan di dalam selubung. Jika lilin telah habis, dituanglah logam cair ke dalam rongga tempat lilin tadi. Dengan demikian logam itu menggantikan model lilin tadi. Setelah dingin secara keseluruhan, selubung tanah dipecah dan keluarlah benda yang dikehendaki.
Baca Juga
Lanjut Hari, suatu hal yang mustahil adalah apabila masyarakat Dong Son yang terletak di Vietnam utara mengadakan hubungan dagang secara langsung dengan Papua.
“Masuknya artefak perunggu ke Papua melalui serangkaian perantara, termasuk dalam suatu jaringan perdagangan dari barat ke timur yang terjadi sekitar awal Masehi,” jelasnya, Selasa (7/4/2020).
Alasan utama yang dapat diterima berkaitan dengan kehadiran artefak Dong Son di Papua adalah karena adanya perdagangan. Kemampuan Pulau Papua yang konsisten menghasilkan komoditas yang khas, sehingga selalu dibutuhkan dan menempati posisi penting dalam perdagangan internasional.
Papua memiliki daya tarik karena menyediakan komoditi yang langka, yaitu bulu burung Cenderawasih. Temuan artefak perunggu di kawasan kepala burung dan kawasan Danau Sentani membuktikan bahwa di wilayah ini terdapat penguasa yang mampu mendatangkan benda bermartabat dari luar wilayah kekuasaannya.
“Artinya, saat itu ada orang-orang yang mampu mengerakkan anak buahnya untuk berburu burung Cenderawasih yang dibutuhkan di pasaran internasional sampai ke daratan Papua. Komoditas ini diperdagangkan secara beranting oleh para pelaut-pedagang Austronesia,” jelas Hari.
Termasuk Papua dikenal oleh dunia luar memiliki komoditas endemik yaitu burung Cenderawasih dan kayu masoi. Hubungan Papua dengan dunia luar melalui serangkaian pelayaran-pelayaran perdagangan.
Hanya saja menurut Hari, kontak Papua dengan dunia luar hanya berlangsung di pesisir saja, sedangkan penduduk pedalaman terisolasi oleh keadaan alam yang sulit dijangkau.
“Penduduk di pedalaman Papua mengembangkan kehidupan khas masing-masing sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan setempat,” katanya.
Simak video pilihan berikut ini: