Liputan6.com, Palembang - Kasus pengusiran terhadap enam orang perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) yang dilakukan warga, mendapat kecaman dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumsel.
Enam orang perawat perempuan yang diusir di kosnya, mengalami trauma yang cukup mendalam. Karena pengusiran yang dilakukan Ketua RT dan warga laki-laki di Kecamatan Ilir Timur I Palembang Sumsel.
Advertisement
Baca Juga
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PPNI Sumsel Subhan mengatakan, para perawat tersebut mengalami trauma usai diusir oleh warga di depan rumah kosnya.
“Kita sudah bertemu tadi siang. Mereka mengalami trauma dan tidak mau kembali ke kos. Mereka ingi mencari tempat tinggal alternatif atau rumah kos baru,” ucapnya kepada Liputan6.com, Minggu (19/4/2020).
Para perawat tersebut mau kembali ke rumah kosnya, jika masyarakat sudah memahami kondisi mereka. Karena mereka tidak terpapar Corona Covid-19, setelah menjalani screening dan rapid test.
Saat ini enam orang perawat tersebut, sudah diinapkan di Mess RS Siloam Palembang Sumsel untuk sementara waktu.
Subhan menuturkan, jika para perawat tersebut kebingungan karena warga meminta mereka untuk mengisolasi mandiri.
“Ketika warga meminta para perawat mengisolasi mandiri, harusnya kepada orang yang punya keluarga. Karena mereka semua perantau dari Kalimantan, Sulawesi dan Jakarta. Ketika harus isolasi mandiri, caranya itu yang salah,” ucapnya.
Dia pun menyayangkan tidak ada tim Gugus Covid-19 Palembang terutama pihak kecamatan, yang datang untuk mengedukasi Covid-19 ke warga.
Terlebih tidak ada tenaga medis yang berkompeten, untuk memberi pemahaman terhadap warga yang mengusir perawat tersebut.
“Harusnya tenaga medis mendapat dukungan dari masyarakat, tapi kami didiskriminasi. Takutnya kejadian ini akan mempengaruhi semangat teman-teman berjuang menghadapi Covid-19,” ucapnya.
Kepala Instalasi di RSMH Palembang ini juga menyesalkan, banyaknya beredar informasi jika pengusiran para perawat tersebut adalah hoaks. Terlebih, informasi tersebut diposting di media sosial (medsos) Instagram dan media massa.
Dia berharap pemerintah daerah bisa memikirkan nasib para tenaga medis, agar tidak terjadi lagi kasus pengusiran seperti ini. Apalagi sekarang jumlah pasien positif Corona Covid-19 bertambah banyak, bahkan beberapa tenaga medis juga ikut terpapar.
Hunian Tenaga Medis
“Seperti di Bandung, Jakarta, Semarang dan Solo, tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 mendapatkan hunian khusus. Bahkan di Jakarta, tenaga medis diinapkan di hotel milik BUMN,” ungkapnya.
Untuk menekan stigmasisasi dan diskriminasi ke tenaga medis, PPNI Sumsel meminta pemerintah menyiapkan tempat khusus.
Seperti Wisma Atlet Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Asrama Haji Palembang bahkan Hotel Swarna Dwipa Palembang milik pemerintah.
“Tenaga medis juga punya keluarga, kalau bisa kita tidak pulang ke rumah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan. Harus ada tempat khusus untuk tenaga medis yang merawat pasien Covid-19,” ucapnya.
PPNI Sumsel juga terus menyemangati para perawat yang sedang bekerja. Salah satunya dengan memberikan bantuan suplemen dan vitamin, untuk menjaga kesehatan para tenaga medis.
“Kami ingin sekali dipertemukan bersama, dengan Ketua RT yang mengusir para perawat, pihak RS Siloam Palembang dan pejabat pemerintah,” katanya.
Advertisement