Takut Kualat, Tradisi Seba Badui Tetap Digelar di Tengah Pandemi Covid-19

Tetua Adat Masyarakat Badui mengatakan, mereka takut kualat atau terjadi bencana jika tidak menggelar tradisi Seba Badui.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 12:00 WIB
Suku Badui
Warga Suku Badui Dalam dan Luar bertemu Gubernur Banten Wahidin Halim dalam Seba Baduy. (Liputan6.com/ Yandhi Deslamata)

Liputan6.com, Banten - Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), ritual tradisi Seba Badui tetap digelar. Tetua Adat Masyarakat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jaro Saija, Rabu (20/5/2020) mengatakan, hanya saja tradisi Seba Badui tahun 2020 berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang diikuti ribuan orang Badui.

"Seba Badui tahun ini hanya diikuti 30 perwakilan," katanya.

Jaro mengatakan, tahun ini Seba Badui dilakukan sederhana dengan dihadiri 30 perwakilan tokoh masyarakat Badui, di antaranya tiga "tangtu", tujuh "dangka", dan perwakilan dari lembaga desa.

"Kita memaklumi adanya imbauan dari pemerintah untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan tidak berkerumun untuk pencegahan virus corona," katanya.

Perayaan tradisi Seba Badui sendiri akan digelar pada 30-31 Mei 2020, dengan kegiatan pertama bersilatuhrahmi dengan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, beserta pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, dan kedua dilanjutkan bertemu Gubernur Banten Wahidin Halim, serta juga pejabat Pemerintah Provinsi Banten.

Jaro mengatakan, Seba Badui wajib dilaksanakan mesti sederhana, karena merupakan bagian rukun adat masyarakat Badui yang dititipkan dari leluhur nenek moyang.

Sebab, tradisi Seba Badui juga digelar saat pemerintahan kerajaan, termasuk kerajaan Islam di Banten yang dipimpin Sultan Hasanuddin.

"Kami takut kualat atau terjadi bencana jika tidak menggelar Seba Badui, karena titipan dari leluhur juga keputusan tokoh adat itu," katanya.

Tradisi Seba Badui, katanya, sudah dipersiapkan dengan membawa hasil bumi, seperti pisang, padi huma, beras ketan, gula aren, talas dan pertanian lainya.

Hasil pertanian masyarakat Badui yang dikembangkan di lahan perkebunan ladang sekitar Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cimarga, Sobang, Cirinten, Bojongmanik dan Cileles dan nantinya akan diserahkan kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Para petani masyarakat Badui menggarap lahan pertanian itu di antaranya ada yang menyewa lahan juga menempati lahan Perum Perhutani dan lagan orang lain dengan sistem bagi hasil.

Karena itu, dalam agenda tradisi Seba Badui kemungkinan masyarakat Badui akan meminta pada kepala daerah setempat untuk memberikan lahan pertanian sehubungan penduduk Badui terus bertambah, sedangkan lahan garapan tanah hak ulayat adat relatif kecil.

"Kami tahun-tahun lalu juga selalu perjuangkan permintaan lahan pada Bupati Lebak dan Gubernur Banten," katanya.

Djaro Saija juga menyinggung soal pandemi Covid-19. Menurut dia, masyarakat Badui yang berpenduduk sekitar 11.600 jiwa hingga kini belum ditemukan warganya terpapar positif terjangkit Covid-19.

Namun demikian, pihaknya tetap menaati aturan pemerintah dengan berada di rumah, tidak keluar daerah dan juga menjaga jarak serta memakai masker.

Selain itu juga pemukiman masyarakat Badui dijaga agar orang luar atau pengunjung dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan melibatkan puskesmas setempat.

"Kami berharap pelaksanaan Seba Badui lancar di tengah pandemi Covid-19 itu," katanya.

Sementara itu, Kudil (40), seorang warga Badui Luar mengatakan pihaknya sangat mendukung perayaan Seba Badui tetap digelar di tengah pandemi Covid-19 karena merupakan warisan adat. Selain itu juga pemerintah harus melestarikan budaya kearifan lokal, termasuk tradisi Seba Badui.

"Kami berharap momentum tradisi Seba Badui dapat membebaskan Indonesia dari wabah corona," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya