TKA China Masuk Sultra, Wakil Gubernur Soroti Amdal Limbah Perusahaan

Rencana kedatangan TKA di Sultra, Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas menyinggung soal limbah pabrik perusahaan tambang.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 19 Jun 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 10:00 WIB
Lokasi pabrik PT VDNI di Konawe Sulawesi Tenggara, tempat TKA China bekerja.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Lokasi pabrik PT VDNI di Konawe Sulawesi Tenggara, tempat TKA China bekerja.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Lukman Abunawas menyatakan, pabrik tujuan TKA China di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, belum mengantongi Analisis dampak lingkungan (Amdal) limbah. Dia menegaskan, perusahaan harus memperhatikan pembangunan berwawasan lingkungan.

"Perusahaan jangan mengabaikan limbah pabrik yang dapat merusak lingkungan sekitar," ujar Lukman Abunawas.

Dia juga menyebut, pabrik PT VDNI berada pada posisi yang berdekatan dengan Sungai Konaweha. Sumber air bersih bagi puluhan ribu warga di sekitar pabrik.

"Ini mesti diperhatikan. Soal keberadaannya, silahkan cek di lapangan," ujar Lukman.

Dia menambahkan, bangga dengan hadirnya PT VDNI di Sulawesi Tenggara. Sebab, merupakan perusahaan internasional dengan investasi Rp 42 triliun.

"Namun, mestinya ikut memperhatikan dan komitmen dengan aspek sosial terkait budaya masyarakat setempat, dalam hal ini masyarakat Tolaki," ujarnya.

Menurutnya, budaya masyarakat Tolaki sebagai salah satu komunitas terbesar di sekitar perusahaan, masih terjaga dan dihormati. Warga disekitar, kata Ketua Lembaga Adat Tolaki ini, bersikap religius, santun dan beretika.

"Rencana kedatangan TKA China 500 orang, harus ada jaminan tidak mengorbankan puluhan ribu masyarakat di sekitar pabrik, apalagi di tengah wabah Covid-19," ujar Lukman.

Dia juga berharap, tidak ada ancaman PHK terhadap karyawan lokal terkait keberadaan TKA China di Konawe. Menurutnya, karyawan lokal yang seharusnya menjadi fokus perhatian perusahaan.

External Affair Manager PT VDNI, Indrayanto mengatakan, tidak ada limbah berbahaya di perusahaan. Menurutnya, tidak ada limbah B3 di PT VDNI.

"Limbah pengolahan ore nikel hanya berupa slag (ampas) hasil pembakaran. Dan itu, bersifat keras dan dapat digunakan untuk bahan bangunan," ujarnya.

Dia merinci, tak ada limbah cair dari hasil pembakaran ore nikel. Slag, sudah digunakan untuk menambah kepadatan pengerasan jalan dan konstruksi di sekitar perusahaan.

Indra menjelaskan, soal kepedulian sosial, selama ini pihak PT VDNI sudah memberikan banyak bantuan kepada  warga sekitar. Dia mencontohkan, setiap hari-hari besar atau momen tertentu, ada penyaluran bantuan.

"Ada warga lansia, janda dan mereka yang tak memiliki sumber kehidupan yang layak perusahaan selalu dibantu dan ada program-program untuk mereka," ujar Indrayanto.

Dia menambahkan, perusahaan juga membantu air bersih dan listrik bagi warga sekitar. Ratusan warga, sudah mendapatkan kedua fasilitas itu selama di Konawe Utara.

Diketahui, 500 TKA China akan masuk bekerja di Sulawesi Tenggara, 23 Juni 2020. Kedatangan mereka yang sudah disetujui Forkompinda Sultra, melalui pesawat Garuda.

 

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini :

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya