Mengenang 94 Tahun Tsunami di Danau Singkarak

Kini Danau Singkarank menjadi salah satu destinasi unggulan di sumatera Barat.

oleh Novia Harlina diperbarui 29 Jun 2020, 01:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2020, 01:00 WIB
Kerusakan Kantor POS Padang Panjang setelah gempa 1962. (Dok. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang)
Kerusakan Kantor POS Padang Panjang setelah gempa 1962. (Dok. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang)

Liputan6.com, Padang Panjang - 28 Juni 1926, Sumatera Barat diguncang gempa yang cukup kuat. Pusat gempa berada di Danau Singkarak, Solok.

Namun orang menyebutnya dengan gempa Padang Panjang. Sebab di Kota Padang Panjang sangat banyak korban berjatuhan. Bangunan runtuh bahkan rel kereta api rusak karena gempa itu.

Peristiwa 94 tahun silam ini terjadi pada pukul 10.25 WIB dengan kekuatan 6.5 skala Richter, kemudian tiga jam setelahnya, terjadi gempa bumi susulan dengan kekuatan 6.7 skala Richter.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang, mencatat dampak dari gempa Padang Panjang ini menyebabkan setidaknya 350 orang meninggal dunia.

"Ribuan rumah runtuh dan terjadi rekahan tanah di daerah Padang Panjang, Kubu Kerambil dan Simabur," kata Fungsional Ahli BMKG Stasiun Geifisika Padang Panjang, Tri Ubaya, Minggu (28/6/2020).

Selain di Padang Panjang, kerusakan bangunan juga terjadi di daerah lain seperti Bukittinggi, Alahan Panjang, Sijunjung, hingga Muaro Bungo. Kekuatan goncangan yang dirasakan di permukaan tanah diperkirakan mencapai 9 skala MMI.

Jika ingin membayangkan berapa kekuatan guncangan 9 skala MMI, bisa dibandingkan dengan gempa Padang pada 2009 yang mencapai 7 sampai 8 skala MMI.

Namun, dari dahsyatnya gempa yang dikenal dengan sebutan gempa Padang Panjang ini, kata Tri Ubaya tidak banyak yang tahu bahwa peristiwa itu menyebabkan tsunami di Danau Singkarak.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tsunami Danau Singkarak

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi (iStock)

Dari catatan Soteadi pada 1962, gelombang tsunami ini disebabkan oleh penurunan permukaan tanah di bagian selatan Danau Singkarak. Di beberapa tempat, penurunan permukaan tanah bisa mencapai 10 meter.

Penurunan secara tiba-tiba tersebut menyebabkan gelombang tsunami, menjalar dari bagian selatan danau menuju utara danau yang ditempuh dalam waktu 10 menit.

Jika diperkirakan jarak yang ditempuh tsunami dari bagian selatan danau menuju bagian utara danau adalah 20.57 kilometer, maka kecepatan tsunami di Danau Singkarak kala itu diperkirakan mencapai 122 kilometer per jam.

Dalam surat kabar Harian Soeara Kota Gedang 7 Juli 1926 tertulis, air danau tumpah membanjiri wilayah sekitar danau dan menimbulkan korban jiwa.

Tidak diketahui berapa ketinggian maksimum dan luasan wilayah terdampak yang disebabkan oleh gelombang tsunami ini. Sebab ketika itu ilmu kegempaan dan tsunami belum sehebat sekarang.

"Tsunami yang terjadi di Danau Singkarak ini membuka wawasan kita, bahwa ancaman tsunami tidak saja berasal dari perairan luas seperti lautan, namun bisa juga berasal dari perairan sempit," kata Tri Ubaya.

Dalam 100 tahun terakhir, setidaknya telah terdokumentasikan dua kali tsunami di Danau Singkarak. Yang pertama tercatat 28 Juni 1926, dan yang kedua pada 6 Maret 2007.

"Pada 2007 itu terjadi tsunami kecil," Tri mengungkapkan.

Namun yang menjadi pertanyaannya, akankah fenomena tsunami ini terulang di masa depan? Tri mengatakan tidak ada yang bisa mengetahui kapan tsunami terjadi.

Tetapi jangan lupa bahwa gempa besar akan mengalami perulangan atau periode ulang. Daerah yang pernah mengalami gempa besar pada masa lalu akan ada kemungkinan kembali digoncang gempa pada masa yang akan datang.

Potensi itu yang terus dikaji oleh BMKG, yang lantas mempersiapkan mitigasi, mengedukasi masyarakat, serta memanfatkan sumberdaya dengan bijak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya