Petani 2 Desa di Blora Tolak Tambang Pasir di Tengah Sawah

Petani kedua desa di Blora tersebut kembali berkumpul untuk berjaga dan meminta kejelasan dari penanggung jawab tambang pasir

oleh Ahmad Adirin diperbarui 27 Jul 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2020, 08:00 WIB
Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Petani di dua desa di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yakni Desa Kapuan dan Cabean, menolak beroperasinya tambang pasir darat.

Sebab, lokasi tambang pasir berada di tengah areal persawahan produktif. Selain itu, tidak ada sosialisasi kepada warga, mulai dari awal sampai sekarang ini.

Peristiwa penolakan itu, sempat terjadi pada bulan November 2019 lalu lantaran alat berat tiba-tiba datang dan menerjang sawah warga untuk mengambil contoh material.

Minggu (26/7/2020), petani kedua desa di Blora tersebut kembali berkumpul untuk berjaga dan meminta kejelasan dari penanggung jawab tambang pasir. Namun tidak ada yang menemui mereka. Sementara, alat berat dihentikan untuk parkir dan tidak dioperasikan.

"Kemarin, Sabtu (25/7/2020), tiba-alat berat (ekskavator) didatangkan lagi. Baru berjalan hingga lahan bengkok. Warga langsung menghentikan dan meminta untuk kembali," Kata Zamroni (38).

Perbuatan nekat pihak penambang pasir darat, memancing reaksi warga. Mereka curiga tambang pasir akan beroperasi.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Sudah Pernah Ditolak Warga

Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

"Dulu sudah ditolak warga, tapi sekarang kembali lagi," ucapnya.

Pernyataan tegas disampaikan Petani Desa Cabean. Mereka minta, tambang ditutup.

"Yang kami inginkan tambang ditutup. Jangan beroperasi," ucap Kusyanto, yang mengaku sawahnya berada 100 meter dari lokasi tambang.

Penolakan itu cukup beralasan. Sebab selain berada di tengah sawah produktif, ada kecurigaan jika operasi tambang tersebut bakal meluas sehingga memicu longsor lahan sekitarnya.

"Pengairan jelas terganggu. Karena pasir dan batuan cadas sebagai penampungan air bakal dikeruk," kata dia.

Menurut dia, kedalaman galian bisa mencapai 30 meter di bawah permukaan tanah. Sebab, pasir yang bagus jauh berada di bawah permukaan. Itu diketahui saat dia membuat sumur cubin untuk kebutuhan pengairan sawah.

"Saya sendiri tahu, karena di bawah tanah sawah saya terdapat pasir bagus untuk bahan bangunan," ujarnya.

 

Tak Ada Perangkat Desa Maupun Kecamatan

Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Petani 2 desa di Blora menolak beroperasinya tambang pasir di tengah sawah produktif. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Ironisnya, di lokasi tidak ada dari perangkat desa maupun pihak kecamatan.

"Saya juga tidak habis pikir kenapa dari desa di saat seperti ini tidak ada. Dan dari kecamatan diam saja," dia mengungkapkan kekesalannya.

Kesempatan terpisah, Kepala Desa Kapuan, Hariyono mengatakan sudah mengetahui penolakan tambang pasir oleh warga. Bahkan, sudah pernah dilakukan mediasi oleh Pemkab Blora tahun 2019 lalu.

"Saya juga sudah sampaikan, bahwa kegiatan penambangan itu dari awal tidak pernah sosialisasi," ucap Hariyono.

"Bagaimana pun juga, saya sebagai kepala desa ikut warga saya. Jika warga saya menolak, saya juga menolak," katanya lagi.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Desa Cabean, Kismiati. Dia juga mendukung warganya untuk menolak tambang tersebut. Sebab, sawah memang menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Tahun lalu. Kami pernah membuat berita acara penolakan," Kismiyati menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya