Catatan Raihaanun dari Syuting Film Angkara Murka, Jadi Pekerja di Tambang Pasir Demi Mencari Suami

Liputan6.com, Jakarta Aktris peraih 2 Piala Citra Raihaanun kembali ke layar lebar lewat Angkara Murka karya sineas Eden Junjung, yang dikenal lewat sejumlah film pendek seperti Happy Family, Bura, hingga The Intrusion.

Diproduksi Forka Films, Angkara Murka mengisahkan Ambar (Raihaanun), ibu muda yang terpaksa kerja di tambang pasir demi mencari suaminya, Jarot (Aksara Dena). Jarot hilang secara misterius di lokasi penambangan tersebut.

Di balik kerasnya dunia kerja, Ambar menghadapi teror lebih mengerikan terkait rakusnya kekuasaan, praktik tumbal, hingga makhluk tak kasat mata yang menjaga tanah di lokasi tambang pasir. Ambar berkawan dengan Lukman (Simhala Avadana).

Keduanya lantas berusaha mengungkap rahasia dalam tambang dan menghadapi kekuatan yang membungkam suara-suara lemah. Raihaanun berbagi sejumlah catatan menarik terkait film Angkara Murka.

Kepada Showbiz Liputan6.com di Epicentrum XXI Jakarta, Kamis (24/4/2025), Raihaanun menyebut salah satu tantangan syuting Angkara Murka yang akan tayang di bioskop mulai 22 Mei 2025 yakni menampilkan Ambar seorganik mungkin.

“Tantangan tersendiri karena dibikin seorganik mungkin, tidak ada makeup dan segala macam. Termasuk set lumayan membuat karakter ini makin jadi. Set ini kalau dirasakan bukan jadi sebuah kesulitan,” kata Raihaanun.

“Tapi set ini justru pembuka jalan lebih intimate terhadap karakter sendiri,” ujar bintang film Layangan Putus lalu menambahkan, “Syuting hampir sebulan.” Angkara Murka memadukan horor dan drama emosional mendalam.

Yang disajikan Angkara Murka bukan sekadar teror mencekam. Dirilis dengan judul internasional Mad of Madness, film ini mengajak audiens buka mata bahwa kerakusan dan kekuasaan bisa meninggalkan luka dari generasi ke generasi.

Yang bikin bangga, Angkara Murka akan menggelar world premiere di Far East Film Festival 2025 di Udine, Italia, 30 April 2025 sekaligus berkompetisi di kategori White Mulberry Award for Best Debut Feature. Eden Junjung pun berbagi kesan soal karyanya.

“Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan. Seiring waktu saya sadar, ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam. Lereng yang dibilang angker, ternyata jadi ladang tambang ilegal. Itulah horor yang sebenarnya,” urai Eden Junjung.