Liputan6.com, Palembang - Beragam budaya khas Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masih terus bertahan, di tengah gempuran teknologi yang canggih. Salah satunya aktivitas pengrajin kain songket khas Sumsel.
Bisnis kain songket khas Sumsel terus menggeliat dan menciptakan beragam produk-produk yang kreatif dan unik.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang dilakukan pengusaha Sentra Tenun Tajung, Udin Abdillah (60). Untuk mengangkat salah satu komoditi pertanian Sumsel yaitu Kopi Semendo, Udin menciptakan songket bermotif biji kopi.
Songket Kopi Semendo tersebut dipamerkannya di Kriya Sriwijaya Sumsel, yang beberapa waktu lalu diresmikan oleh Gubernur Sumsel Herman Deru, di Jalan Sumpah Pemuda Palembang.
Dia mengatakan, awalnya dia tertarik tentang Kopi Semendo asal Kabupaten Muara Enim Sumsel tersebut.
“Ada ketertarikan akan tren Kopi Semendo, selama ini juga belum ada songket motif kopi. Jadi saya mencoba membuat motif biji kopi ini,” ucapnya, Sabtu (29/8/2020).
Udin yang merintis usaha kain khas Sumsel sejak tahun 1984 tersebut, membuat songket Kopi Semendo menggunakan proses cap. Menurutnya, kain yang dicap khusus, lebih bagus kualitasnya dibandingkan proses printing.
Untuk sehelai songket bermotif Kopi Semendo itu, sepanjang 2,5 meter yang bisa dibawa pulang seharga Rp270.000.
“Saya juga membuka toko di kawasan Jalan Tuan Kentang Palembang. Ada beragam jenis kain khas Sumsel, seperti kain jumputan, blongsong hingga tenun,” ujarnya.
Keunikan songket khas Sumsel juga diciptakan oleh Meiky. Wanita berjilbab ini sudah menggeluti usaha kain songket khas Sumsel, sejak tahun 2008 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Limbah Kulit Jengkol
Usahanya bernama Meiky Songket pun sudah memproduksi pewarna alami dari limbah kulit jengkol dan tanaman Indigo Viera.
“Limbah kulit jengkol saya dikumpulkannya dari para pedagang jengkol di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel. Setelah diolah, limbah kulit jengkol menghasilkan warna cokelat alami,” ujarnya.
Dia juga membudidayakan tanaman Indigo Viera, yang akan menghasilkan warga biru alami untuk kain songket.
Budidaya Indigo Viera sendiri dimulainya pada tahun 2017 lalu. Namun kini produksi warna alami dibuat dengan pengolahan menjadi bentuk pasta.
Advertisement
Produksi Pewarna Alami
Dia juga mencoba juga membuat warna-warna alami lainnya dari bahan-bahan di sekitar pemukimannya.
Seperti warna dari kulit kayu rumah, batang buah manga, daun jambu biji, tanah liat, kunyit, alpukat, daun pohon jati hingga kayu secang.
“Mulai eksplorasi warna alami sejak tahun 2012 lalu, cuma belum fokus di awal. Tapi sekarang saya lebih mengembangkan usaha ini menggunakan nama bisnis lain, yaitu Galeri Songket Warna Alam,” ucapnya.
Untuk harga songket yang dipasarkannya, dimulai dari Rp3 jutaan hingga Rp12 jutaan. Bahkan Meiky kerap mengikuti pameran di pasar internasional, seperti Turki, Jepang, Manila dan Kuala Lumpur.