Mitos Merpati Pembawa Petaka di Gorontalo, Benarkah?

Konon, sudah menjadi kepercayaan mereka dari dulu, bahwa memelihara merpati bisa membawa petaka. Seperti orang yang kaya akan menjadi miskin

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 10 Sep 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 17:00 WIB
Melatih Burung Merpati Kolongan
Seorang anak melatih burung dara atau merpati kolongan di kawasan Papanggo, Jakarta, Rabu (29/1/2020). Merpati kolongan menjadi mahal ketika sering memenangkan kejuaraan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Gorontalo - Sebagian besar orang mengetahui bahwa merpati merupakan lambang kesetiaan, maka tak jarang jika merpati merupakan hewan peliharaan yang jinak dan banyak ditemui di sekitar pemukiman penduduk.

Burung dengan nama latin Columbidae ini, selain dikaitkan dengan lambang kesetiaan, juga biasanya selalu menjadi simbol dalam sebuah kartu undangan pernikahan.

Meski begitu, sebagian masyarakat Gorontalo juga memiliki arti filosofis burung cantik ini. Bukan sebuah kesetiaan, mereka mengenal burung merpati hanyalah simbol kesialan karena dengan memelihara merpati tidak akan mendapatkan keberuntungan.

Sebab itu, sebagian orang Gorontalo masih mempercayai mitos tersebut. Mereka lebih memilih memelihara ayam atau hewan jenis lain ketimbang memelihara burung merpati.

Konon, sudah menjadi kepercayaan mereka dari dulu, bahwa memelihara merpati bisa membawa petaka. Seperti orang yang kaya akan menjadi miskin. Dan yang sehat bisa mengalami sakit-sakitan.

Seorang warga yang juga tetua, Iwan Harnani Pakaya mengatakan bahwa ini bukan merupakan mitos namun fakta dan sudah menjadi kepercayaan dari dulu. Ia mengetahui kepercayaan ini dari eyang tua.

"Rumah kalau sudah memelihara merpati pasti akan kena sial, dan ini bukan mitos, karena orang tua dulu sudah pernah mengalami," kata Iwan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Komentar Pecinta Satwa

Melatih Burung Merpati Kolongan
Seekor burung dara atau merpati kolongan terlihat dikandang di kawasan Papanggo, Jakarta, Rabu (29/1/2020). Biasanya pemilik burung menggunakan walkie talkie atau telepon radio untuk berkomunikasi dengan penerbang merpati. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pria yang dikenal dengan petuah di desanya itu mengungkapkan, orang yang punya usaha pasti akan bangkrut ketika dia memelihara merpati. Tidak hanya itu, segala bentuk macam wabah penyakit akan datang kepada pemiliknya.

"Harta akan melayang dan pasti akan jatuh sakit," ujarnya.

"Bahkan jika memelihara ternak sebangsa burung seperti ayam dan bebek pasti akan merasakan imbasnya, ternak itu pasti mati satu demi satu," ucap Iwan lagi.

Meski begitu, kata Iwan, sebagian besar orang Gorontalo sudah mulai melupakan kepercayaan itu. Terlebih banyak warga di perkotaan malah menjadikan merpati sebagai peliharaan kesayangan dan diperjualbelikan.

"Saya tidak tahu mereka percaya atau tidak. Tetapi kalau saya pribadi, masih sangat percaya dengan itu," ucapnya.

Lain halnya dengan Andra Harun, pecinta satwa di Gorontalo. Menurutnya memelihara merpati mempunyai keistimewaan tersendiri. Selain sebagai peliharaan yang jinak, memelihara merpati merupakan salah satu cara melestarikan satwa.

Menurutnya kepercayaan orang Gorontalo itu adalah mitos belaka.

"Saya kira tidak masalah, kan mereka mencari makan sendiri hanya saja kandang mereka ada di rumah kita. Selama ini biasa saja, kalau saya pribadi itu mitos," kata Andra.

Hingga kini warga Gorontalo belum bisa membuktikan secara ilmiah mengapa orang Gorontalo takut memelihara merpati. Bahkan mereka pun belum bisa membuktikan mengapa hal itu terjadi ketika memelihara merpati.

"Belum ada bukti ilmiah, jadi tidak usah takut," dia menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya