Liputan6.com, Garut - Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di kota intan Garut, Jawa Barat, misalnya, makin banyak orang banting profesi menjadi pengamen boneka.
Pengamen boneka di Kota Garut mudah ditemukan hampir di seluruh titik lampu merah, hingga ke perkampungan padat penduduk.
Baca Juga
Enah, (52), pengamen boneka asal kampung Godog, Kecamamatan Karangpawitan, salah satunya. Emak-emak paru baya ini rela banting setir dari pembantu rumah tangga, menjadi pengamen boneka akibat desakan kebutuhan ekonomi.
Advertisement
"Mau bagaimana lagi, kalau jadi pembantu (Rumah Tangga), upahnya tidak seberapa," ujarnya, saat ditemui Liputan6.com di lampu merah jalan Terusan Pembangunan, Garut, Selasa (22/9/2020).
Menggunakan setelan 'Boneka Teletubbies' warna dominasi merah, Enah nampak menggoyang-goyangkan pantatnya diiringi musik dangdut koplo, sambil sesekali menyorongkan satu wadah kecil, minta belas kasian dari setiap uang recehan yang dilemparkan para pengguna jalan.
"Saya sudah lima bulan terakhir jalani ini, sejak awal mula corona saja," katanya.
Menurut Enah, jalan hidup menjadi pengamen boneka bukanlah impian yang diharapkan, namun kerasnya menjalani hidup, terutama akibat desakan ekonomi selama pandemi, janda tiga anak ini rela turun ke jalan untuk memenuhi kebutuhan.
"Kadang pernah juga keliling kampung namun hanya mendapatkan makan," kata dia memelas.
Namun ia tidak patah arang, jalan hidup ia jalani saat ini merupakan anugerah sang Ilahi untuk tidak menyerah kepada keadaan. "Jika memang sedang mujur, bisa mendapatkan uang ngamen hingga Rp100 ribu," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Jajang Suryana (50), pengamen boneka lainnya. Profesi pengamen boneka terpaksa digelutinya untuk memenuhi kebutuhan hidup, akibat kesulitan ekonomi saat ini.
"Lumayanlah nyambung-nyambung agar dapur tetap ngebul," ujar dia, sambil tersenyum ramah, sesaat setelah kepala boneka yang ia gunakan sengaja dibuka.
Menggunakan stelan boneka binatang kelinci warna pink, bapak dua anak ini nampak lucu bergoyang ke sana- kemari menghibur pengguna jalan yang berhenti saat lampu merah menyala.
"Jika ada peluang usaha yang lebih baik saya mau jalani, tapi saat ini sepertinya mau jalani ini (pengamen boneka) dulu," katanya.
Ditemani Ilham, sang buah hati yang telah menginjak remaja, ia terlihat berbagi tugas untuk mendapatkan uang dari setiap pengguna jalan yang tengah berhenti saat lampu merah berlangsung.
"Jika disatukan satu hari bisa mencapai Rp200 ribu lebih, tapi kalau lagi sepi paling Rp60 ribu," katanya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Berharap Bantuan Pemerintah
Obet panggilan akrab Jajang di antara sesama pengamen boneka menyatakan, selama pandemi Covid-19 berlangsung, warga Kelurahan Lebak Jaya ini mengaku tidak mendapatkan bantuan pemerintah.
"Kalau ada sih mau, tapi saya tidak tahu alurnya bagaimana," ujar dia, mengenai harapannya mendapatkan bantuan Covid-19.
Sebagai warga para sejahtera, sejak masa pandemi Covid-19 berlangsung Maret lalu, ia belum pernah mendapatkan suntikan bantuan pemerintah baik tunai ataupun berupa barang.
"Saya sendiri tidak tahu alasannya kenapa (Tidak mendapatkan bantuan), tapi biarkan saja, sebab saya sendiri tidak tahu harus bagaimana," kata dia.
Namun meskipun demikian, untuk menyambung hidup, profesi pengamen boneka dinilai lebih menjanjikan dibanding usaha kecil lainnya, terutama saat pandemi Covid-19 berlangsung.
"Saya awalnya tukang rongsokan (barang bekas), namun sepi akhirnya menjalani ini (pengaman boneka)," kata dia menunjukan profesi yang dijalaninya saat ini.
Ilham, sang buah hati mengaku menjalani profesi sebagai pengamen boneka karena ajakan orang tua. "Kebetulan juga saya belum kerja, ya sambil menunggu ada peluang saya jalani menjadi pengamen boneka," kata dia.
Dalam sehari, Ia bersama sang ayah mulai beraktifitas sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB sore hari. "Dulu pernah ke pemukinan warga namun capek, akhirnya sekarang cukup di lampu merah ini saja," kata dia.
Advertisement
Asal Boneka
Ilham menyatakan, ada beberapa kriteria pengamen boneka di Garut, mulai milik sendiri, sistem bagi hasil atau menyewa boneka dari para pemilik boneka.
"Kalau beli sendiri lumayan mahal," ujar dia, sedikit berbagi info mengenai harga boneka karakter yang dipakai pengamen boneka.
Menurutnya harga satu boneka cukup beragam, sesuai dengan kualitas bahan dan karakter boneka yang diharapkan. “Semakin lucu dan bonekanya semakin bagus biasanya lebih mahal,” kata dia.
Saat ini ini mayoritas boneka yang digunakan para pengamen di Garut seperti Winny The Pooh, Teletubbies, Hello Kitty, hingga karakter binatang, berasal dari kota kembang Bandung.
"Soal harga biasanya beragam mulai Rp 1,5 – Rp 1,8 juta satu boneka baru," kata dia.
Angka itu disesuaikan dengan jenis pesanan dan kualitas karakter boneka yang ditawarkan, sehingga memikat pengunjung terutama anak-anak. "Ada juga yang menjual boneka second di harga Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu," kata dia.
Dengan harga segitu, maka pilihan realistis pengamen boneka adalah sistem bagi hasil dengan pemilik boneka yang menyediakan boneka termasuk alat musik, untuk memikat pengunjung.
"Yang penting lancar saja pak, apalagi musim Corona seperti ini," ujar dia.
So, bagi anda yang kebetulan berpapasan atau melihat mereka di stopan atau lampu merah, jangan pelit untuk berbagi. Uang recehan yang anda lemparkan sangat berguna bagi mereka, terutama di saat pandemi Covid-19 saat ini.
Respon Warga
Bagi sebagian masyarakat, kehadiran pengamen boneka memang memberikan hiburan tersendiri, terutama bagi buah hatinya yang tengah menginjak anak-anak. "Anak saya paling seneng jika didatangi boneka Marsha," ujar Indri, salah seorang ibu rumah tangga warga Tarogong, Garut.
Memiliki anak perempuan yang menginjak usia tiga tahun, Ia mengaku kehadiran pengamen boneka selalu ditunggu banyak anak-anak seusia buah hatinya. "Tapi kadang jadwal kadatangannya tidak pasti," ujar dia.
Hal senada disampaikan Asep, warga Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul. Menurutnya, kehadiran pengamen boneka mampu menghidupkan suasana bermain anak-anak di kampungnya.
"Anak saya senang saja, awalnya takut, namun karena ramah akhirnya malah ketagihan," kata dia.
Dengan uang receh senilai Rp 500 hingga Rp 1.000, mereka nampak ramah melayani setiap anak yang ingin bersalaman hingga foto bersama. "Bagi saya sih positif, namun kadang mengganggu juga sebab musik pengiringnya kadang terlalu kencang," ujar dia.
Ia berharap, kehadiran para pengamen boneka bisa menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Kalau lagi ada acara gak usaha pakai musik pengiringnya, atau minimal volumenya dikecilkan," pinta dia.
Namun meskipun demikian, para orang tua menilai kahadiran kelompok pengamen boneka, memberikan hiburan tersendiri terutama bagi anak-anak yang tengah berada di pemukinan warga, akibat pembatasan sosial selama masa pandemi Covid-19 berlangsung.
Advertisement