Liputan6.com, Bandung - Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mengimbau masyarakat ekstra waspada saat memasuki musim penghujan. Bukan hanya terhadap potensi terjadinya luapan air, melainkan juga pada ancaman terjadinya tanggul jebol atau kirmir sungai yang roboh.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Dian Rudianto mengingatkan, bencana tersebut berpotensi terjadi bukan hanya karena curah hujan tinggi tetapi juga mengingat kondisi bantaran sungai yang semakin padat oleh bangunan dan tidak terawat dengan baik.
“Bukan hanya karena disebabkan oleh hujan seperti banjir, tapi ada potensi lain yang perlu masyarakat waspada. Di antaranya misalnya kirmir roboh atau tanggul jebol,” kata Dian dalam keterangannya di Balai Kota Bandung, Selasa (27/10/2020).
Advertisement
Baca Juga
Dian memaparkan, Kota Bandung berada di cekungan terendah, sehingga debit air sungai yang mengalir akan lebih besar sekalipun di kawasan kota belum diguyur hujan.
“Walaupun di Kota Bandung belum hujan, kita sudah lebih dulu dapat kiriman air apabila di utara sudah hujan. Makanya kalau kita minta perkiraan cuaca ke BMKG itu bukan untuk Kota Bandung tapi untuk Bandung dan sekitarnya,” tegasnya.
Menurut Dian, setiap daerah bantaran sungai di Kota Bandung memiliki potensi yang sama terjadi kirmir yang roboh. Terlebih, di daerah permukiman yang bangunannya terus merangsek ke pinggir bantaran sungai.
“Di seluruh daerah aliran sungai disebut rawan karena pembangunan di sekitar daerah aliran sungai ini berisiko. Menambah ruangan sampai ke bantaran sungai. Padahal, itu dilarang,” ucapnya.
Ia tidak memungkiri pada tahun 2020 ini terdapat penambahan kasus bencana akibat hidrometeorologi dibandingkan tahun lalu. Seperti kejadian longsor pada 2019 lalu terjadi tujuh kali. Sedangkan, pada 2020 ini tercatat sudah ada 19 kali.
Kemudian bencana kirmir roboh juga dipaparkan Dian tercatat sudah 10 kali di 2020 ini. Padahal, sebelumnya tidak terpantau ada peristiwa kirmir roboh pada sepanjang 2019 lalu.
Untuk kasus banjir, pada 2019 dan 2020 terjadi 11 kali. Sedangkan, angin puting beliung terjadi dua kasus pada 2019 dan satu kali pada 2020. Pada tahun 2109, terjadi 16 kali pohon tumbang. Sedangkan, tahun ini sebanyak sembilan kali.
Sementara, untuk bangunan roboh di 2019 itu sebanyak tiga kali. Sedangkan, tahun ini tidak ada bangunan roboh.
“Bencana hidrometeorologi pada 2019 terdapat 39 kejadian. Sedangkan, pada 2020 sampai September terjadi 43 kejadian. Ditambah kemarin seperti di Cidadap, Astanaanyar, Pagarsih, Sukagalih jadi sampai sekarang ada 48 peristiwa,” ujarnya.
Kendati urusan penanggulangan bencana di Kota Bandung tergabung di satu dinas, yakni Diskar PB, tetapi Pemerintah Kota (Pemkot) sudah membuat Satuan Tugas (Satlak) khusus, yaitu Satlak Penanggulangan Bencana yang berisi gabungan unsur pemerintahan di Kota Bandung.
“Untuk Diskar PB saja kita ada 350 orang personel siap siaga penuh termasuk di empat UPT (Unit Pelaksana Teknis). Setiap UPT berjaga 10-15 orang,” katanya.