Meraup Untung Budi Daya Sayur Hidroponik ala Petani Perkotaan di Masa Pandemi

Hidroponik merupakan salah satu sistem tanam menggunakan media air, yang tata cara tanamnya hampir sama seperti sistem tanam konvensional.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 02 Nov 2020, 07:31 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2020, 06:00 WIB
Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)
Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)

Liputan6.com, Pontianak - “Jam tujuh malam, saya ke kebun hidproponik,” ucap suara pria di ujung gagang telepon genggam. Willy Low, nama lengkapnya. Pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, pada 15 Juni 1985 ini adalah Owner Lowes Hydrofarm.

Jenis sayuran yang ditanam di lahan seluas 20 x 13 meter itu di antaranya, samhong, pakcoy, sawi putih, kailan, kangkung, sawi manis, caisim, bayam, selada, kale, dan mint. Jumlahnya ada 200 lubang hidproponik.

Pagebluk COVID-19, tidak menyurutkan langkah mantan pekerja migran Indonesia atau PMI itu beraktivitas. Dia tetap patuh menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah; membawa sanitizer, memakai sarung tangan, memakai masker, dan menjaga jarak kala beraktivitas.

“Pada pandemi ini, justru permintaan sayur hidroponik meningkat. Sampai kewalahan saya,” ucapnya yang mengaku setiap harinya menyuplai sayurannya ke penjuru pasar modern Kota Khatulistiwa itu. Puluhan hingga ratusan pack per hari ludes terjual.

“Omzet puluhan juta dalam sebulan. Awal modal saya minjam ke koperasi. Usaha ini sudah setahun. Saya dulunya driver taksi online. Sekarang saya udah punya karyawan satu orang,” ujar Willy yang pernah menjadi PMI di berbagai negara di Asia Tenggara itu.

Willy bercerita, hidroponik merupakan salah satu sistem tanam yang menggunakan media air yang tata cara tanamnya hampir sama seperti sistem tanam konvensional.

“Bedanya cuma media tanam,” tutur Willy Low kepada Liputan6.com sembari memilah sayuran tengah dipanen.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Sekilas Sistem Hidroponik

Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)
Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)

Hidroponik adalah sistem pertanian modern memanfaatkan lahan perkotaan yang sudah semakin sempit. Maka, sistem pertanian pengerjaannya lebih mudah dibanding konvensional yang tidak perlu mengolah tanah sampai menjadi tanah yang subur, sehingga layak tanam.

“Kita hanya perlu memanfaatkan lahan sempit untuk hasil maksimal dan tidak perlu biaya yang mahal,” ucapnya sembari menambahkan bisa dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ad di sekitar, jika untuk skala hobi.

“Beda denga skala industri itu membutuhkan biaya tidak sedikit, tapi sesuai dengan hasil diproduksi kan,” kata Willy Low yang tiada henti menyiangi tanamannya yang terletak di Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Willy bilang, sistem hidroponik juga bisa menghasilkan ketahanan pangan untuk pangan sendiri. Dan hasilnya sudah pasti aman dan sehat karena tidak menggunakan pestisida jadi tidak ada residu.

Selain Willy, rupanya ada pembudi daya hidroponik lainnya. Dia adalah owner KSP-Hydro Farm, Syamhudi.

 

Urban Farming

Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)
Budidaya sayur hidroponik. (Foto: Liputan6.com/Aceng Mukaram)

Syamhudi menjelaskan, pemanfaatan ruang pertanian perkotaan hidroponik merupakan alternatif yang juga diperhatikan untuk menyiapkan masa depan pertanian perkotaan.

“Kami dari Pontianak Utara menggagas Pontura Unrban Farming sebagian gerakan bertani ala hidroponik dengan media tanam air dan memanfaatkan ruang-ruang sempit sekitar rumah warga,” kata Syamhudi yang mengaku sudah berbulan-bulan mengembangkan hidroponik di pekarangan rumahnya di Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara.

Selain itu, dia bilang gerakan Pontura Urban Farming juga sebagai menghadirkan cara bertani tanpa merusak struktur tanah. Apalagi lahan gambut dan cendrung kita memafaatkan air gambutnya saja. Bertani hidroponik alternatif bertani masa depan selain untuk menghemat ruangan dengan produktivitas tinggi juga lingkungan lebih terjaga.

“Tujuan akhirnya Pontura Urban Farming akan mewujudkan cita-citanya terkait rumah daulat pangan,” ucap Syamhudi yang diamini Willy.

Sayangnya, hingga kini minim perhatian pemerintah setempat. Namun begitu, mereka berdua tidak patah semangat.

“Kita terus bergerak.Walaupun tanpa dukungan pemerintah. Mudahan-mudahan setahun ke depan sudah siap semua: program ekonomi hijau,” ujarnya.

Warga Kota Pontianak bernama Siliawati yang mengaku sering membeli sayuran hidproponik dari Kecamatan Pontianak Utara. Ia mengatakan kemasan dan sayuran yang di-packing Willy Low memuaskan.

“Timbangannya pas. Sayurnya segar,” kata dia saaat ditemui Liputan6.com di salah satu pasar modern di Kota Pontianak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya