Aksi Heroik Kapten Mudita dan Asa Keluarga Jadi Pahlawan Nasional

Asa keluarga Kapten Mudita agar sang pahlawan mendapat gelar pahlawanan nasional. Upaya itu juga terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangli agar bisa sampai ke Pemerintah pusat.

oleh Dewi Divianta diperbarui 10 Nov 2020, 21:30 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2020, 21:30 WIB
Adik pahlawan Bali Kapten Mudita, Anak Agung Gede Bagus Ardana (Baju Putih)
Adik pahlawan Bali Kapten Mudita, Anak Agung Gede Bagus Ardana (Baju Putih) (Dewi Divianta/Liputan6.com/dok)

Liputan6.com, Denpasar Keluarga besar pahlawan Bali, Kapten TNI Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kapten Mudita memiliki harapan besar atas perjuangan tokoh yang terkenal dengan slogan 'Merdeka Seratus Persen' ini.

Ya, 'Merdeka Seratus Persen' masih ia pekikkan sebelum mengembuskan nafas terakhir sesaat setelah peluru Kolonial Belanda bersarang di tubuhnya.  Sebagaimana diketahui, Kapten Mudita memang berasal dari Puri Kilian Bangli. Saat ini, Penglingsir (tokoh atau raja) Puri Kilian Bangli adalah Anak Agung Gede Bagus Ardana yang merupakan adik kandung dari pahlawan Kapten Mudita.

Asa keluarga Kapten Mudita tak muluk-muluk. Keluarga berharap nama Kapten Mudita bisa segera mendapat gelar pahlawan nasional.

Dalam buku yang diberikan keluarga Kapten Mudita berjudul ‘Merdeka Seratus Persen’ kepada Liputan6.com. Tertulis bagaimana perjuangan Kapten Mudita memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, Kapten Mudita rela mengorbankan tahta dan hartanya, tetapi juga tak takut kehilangan nyawanya demi bebasnya negeri ini dari penjajahan.

Untuk diketahui Kapten Mudita dilahirkan pada tahun 1924. Ia merupakan figur yang amat cakap dalam menyusun perang gerilya. Lantaran kecakapannya dalam perang gerilya, Komandan Perang Gerilya I Gusti Ngurah Rai mengangkat Kapten Mudita sebagai Koordinator Wilayah Pertempuran Bali Timur yang meliputi wilayah Bangli, Gianyar, Klungkung, dan Karangasem.

 

Gugur dalam Kepungan Musuh 20 November 1947

Untuk mendukung perjuangan gerilya itu, Kapten Mudita mampu memobilisasi rakyat. Bahkan, tanah seluas sekitar 100 hektare milik keluarganya dihibahkan kepada masyarakat untuk mendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Kapten Mudita gugur dalam kepungan musuh pada 20 Nopember 1947, tepat setahun setelah Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 antara Pasukan Ciung Wanara dipimpin Letkol I Gusti Ngurah Rai. Sesaat sebelum mengembuskan nafas terakhirnya, Kapten Mudita memekikkan 'Merdeka Seratus Persen' dengan lantang, yang membuat Belanda kembali menembak dirinya hingga tersungkur tak bernyawa.

Bupati Bangli, Made Gianyar mengaku sudah berkoordinasi dengan dinas sosial Kabupaten Bangli agar usulan Kapten Mudita sebagai pahlawan nasional sudah bisa diajukan ke kementerian terkait. Ia mengaku semua syarat yang diperlukan sudah diusulkan. “Kami mendukung dan sudah melakukan upaya-upaya agar harapan kita semua, Kapten Mudita bisa mendapat gelar pahlawan nasional. Kami juga terus mendorong dan minta usulan ini terus dikawal,” katanya kepada Liputan6.com.

Menurutnya langkah-langkah lain yang ditempuh Pemerintah kabupaten (pemkab) Bangli sudah banyak dilakukan. Tidak hanya mendorong pemerintah pusat, tapi mulai dari penerbitan buku tentang Kapten Mudita berjudul ‘Seratus Persen Merdeka’. Hingga langkah lainnya agar harapan dari keluarga dan seluruh masyarakat Bali bisa segera direalisasikan. “Langkah lain Pemkab Bangli mulai dari penerbitan buku dan bedah buku difasilitasi Pemkab Bangli. Tentu agar Kapten Mudita segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya.

"Komitmen kami selaku Pemkab dan warga Bangli sangat berharap Kapten AA GDE Anom Mudita ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pahlawan nasional," kata Made Gianyar. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya