Liputan6.com, Pekanbaru - Tujiman seolah tak sabar menunggu tahun depan ketika menatap hamparan hijau kebun sawitnya. Warga Desa Kumain, Kabupaten Rokan Hulu ini, membayangkan masa panen sawit yang sudah beberapa tahun tak dilakukannya.
Datang ke Riau setelah meninggalkan tanah kelahiran pada 1985, tanda buah segar (TBS) sawit memang menjadi tumpuan utama anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Makarti Jaya ini.
Advertisement
Baca Juga
Pada tahun 2019, Tujiman ikut program peremajaan sawit karena kebun tuanya sudah tak produktif lagi. Kini, dia tengah menunggu hasil kebun yang telah diremajakan PT Perkebunan Nusantara V.
KUD ini sedari awal bermitra dengan PTPN V untuk menanam baru. Ada 697 hektare milik ratusan petani yang masuk Program PTPN V Untuk Sawit Rakyat agar pengelolaannya lebih terarah dan menjanjikan.
"Ketika panen nanti, hasilnya untuk bekal pendidikan anak-anak dan penopang ekonomi keluarga," kata Tujiman, Selasa pagi, 17 November 2020.
Tujiman mengatakan, peremajaan tersebut didukung penuh PTPN V. Mulai dari teknis peremajaan, proses tanam ulang tanpa bakar, sumber bibit yang bersertifikat, pembiayaan dan pemeliharaan.
"Begitu juga dengan jaminan produksi, dengan adanya kemitraan ini kami sangat diuntungkan. Kami dibimbing dari awal peremajaan," kata Tujiman.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Petani Digaji Menjelang Panen
Tujiman menjelaskan, menunggu masa panen setelah peremajaan bukan hal mudah dilewati petani. Pasalnya selama masa tanam hingga menunggu sawit besat, sumber pendatapan petani otomatis hilang.
Hal ini menjadi perhatian PTPN V dengan memberlakukan pekerja kontrak waktu tertentu (PKWT) bagi petani peremajaan sawit. Mereka dikontrak dalam pembibitan, penanam ulang, pemeliharaan dan pemupukan.
"Dengan begini kami bisa menopang kebutuhan sehari-hari selama menunggu masa panen tiba. Kami para petani juga lebih fokus merawat sawit yang diremajakan itu," kata pria yang juga menjabat sebagai ketua di KUD tersebut.
Petani lainnya, Sutiman, menyebut dirinya selama peremajaan bekerja pada bagian pembibitan. Mendapatkan gaji tetap per bulan, dia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, setidaknya hingga panen perdana yang diperkirakan September tahun depan.
Terpisah, Kepala Desa Kumain Darwadi menjelaskan, kemitraan desanya dengan PTPN V ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Kumain berkembang pesat menjadi desa yang mandiri secara ekonomi karena dukungan perusahaan.
Sementara itu, tambahnya, perusahaan juga mendapat hal positif dengan menerima pasokan TBS sawit dari masyarakat untuk memenuhi operasional pabrik kelapa sawit (PKS).
"Petani kami telah bermitra dengan PTPN V selama 30 tahun lebih. Selama ini alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik hingga akhirnya petani kami sepakat melanjutkan kemitraan," kata Darwadi.
Kemitraan yang sama juga diterapkan PTPN V di 33 KUD yang tersebar di desa-desa Riau. Dengan pola plasma, pada tahun ini perusahaan memasang target 5.400 hektare sawit rakyat. Angka ini menjadi bagian dari 11.531 hektare peremajaan dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
Transparan dan Transfer Pengetahuan
Chief Executive Officer (CEO) PTPN V Jatmiko K Santosa menjelaskan, pihaknya dalam proses peremajaan sawit, mulai penebangan sawit tua, pembersihan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan, hingga panen, langsung melibatkan para petani.
Dia menyebut langkah ini menjadi bagian dari sistem single management atau sistem manajemen tunggal terapan perusahaan untuk mengakselerasi program PTPN V Untuk Sawit Rakyat.
"Dalam PTPN V Untuk Sawit Rakyat ada program padat karya. Langsung petani sebagai pekerja di kebunnya sendiri. Sehingga, tidak hanya mendapatkan penghasilan dimasa-masa sebelum panen, namun ada transparansi dan transfer pengetahuan juga di sana," kata Jatmiko.
Selanjutnya, pendapatan petani juga terdongkrak dengan produktivitas TBS sawit yang tinggi. Pada tahun ini, rata-rata produktivitas para petani sawit yang bermitra dengan PTPN V ditargetkan mencapai 24 ton TBS per hektare pertahun.
Menurut Jatmiko, angka itu jauh di atas target nasional yang hanya berkisar 19 ton TBS per hektare setahun. Dia memproyeksikan akan meningkat lagi menjadi 26 ton per hektare pada tahun mendatang.
"Kita berikan jaminan produktivitas. Jika produktifitas sawit mitra berada di bawah standar nasional, kita ganti," kata Jatmiko.
Jatmiko menyatakan, PTPN V berfungsi sebagai agen pembangunan di Indonesia berharap program peremajaan ini bisa meningkatkan kesejahteraan para petani. Dia ingin petani sawit bisa mandiri secara ekonomi.
"Hingga tahun 2025 nanti, PTPN V menargetkan dapat melakukan peremajaan sawit rakyat di lahan seluas 28.000 hektare yang terletak di lima kabupaten di Riau," ucap Jatmiko.