Rahasia Panjang Umur, Perhatikan Asupan 3 Zat Penentu Kesehatan Ini

Jangan terlena dengan kelezatan makanan ataupun minuman yang terasa nikmat, sehingga kita melupakan kadar tepat yang dibutuhkan tubuh.

oleh Elvina Yollanda diperbarui 06 Feb 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 08:00 WIB
ilustrasi. (pexels.com)
ilustrasi. (pexels.com)

Liputan6.com, Padang - Pernahkah anda membayangkan bagaimana jika sebuah makanan atau minuman murni tidak mengandung gula atau garam? Sebagai bumbu andalan di dapur, garam dan gula tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari.

Pasalnya, berbagai makanan ataupun minuman yang diolah dengan gula dan garam terbukti lebih nikmat dan bikin ketagihan untuk terus mengonsumsinya. Selain menambah cita rasa makanan, gula dan garam sesungguhnya tentu dibutuhkan oleh tubuh kita.

Garam menjadi komponen yang berperan dalam pengaturan keseimbangan asam-basa pada tubuh, fungsi sel saraf, dan volume plasma darah.

Sedangkan, gula memberikan energi untuk proses fisiologis tubuh, seperti pernafasan, irama detak jantung, pengaturan regulasi suhu tubuh, dan masih banyak peran lainnya.

Tanpa adanya gula, organ pada tubuh khususnya otak, tidak akan mampu bekerja dengan baik. Lalu bagaimana dengan lemak? Hampir semua makanan dan minuman olahan mengandung lemak.

Bahkan, pada susu murni kemasan, para produsen hanya mampu membuat varian rendah lemak bukan bebas lemak.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Anjuran Kemenkes

Merujuk Peraturan Kemenkes No. 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula, garam lemak per orang ialah :

1. Anjuran konsumsi gula/orang/hari adalah 10% dari total energi (200 kkal) atau setara dengan gula 4 sendok makan/orang/hari (50 gram/orang/hari)

2. Anjuran konsumsi garam adalah 2.000 mg natrium atau setara dengan garam 1 sendok teh/orang/hari (5 gram/orang/hari)

3. Anjuran konsumsi lemak/orang/hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal) atau setara dengan lemak 5 sendok makan/orang/hari (67 gram/orang/hari)

Namun, menurut penelitian dalam Journal of the Indonesian Nutrition Association, mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi gula >50 gr/hari, 50% mengonsumsi garam >5 g/hari dengan persentasi sekitar (53,7%) dan hampir seperlima (18,9%) penduduk Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 10 g/hari (>10 – 30 g/hari) yang didominasi oleh penduduk usia dewasa.

Padahal, menurut WHO, rekomendasi asupan untuk garam yang tepat pada dewasa sebaiknya kurang dari 5 gram (1 sendok teh per hari). Sedangkan, untuk asupan lemak, 27 persen penduduk Indonesia sudah melebihi batas rekomendasi lemak total per hari.

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dengan asupan lemak total > 67 g/hari lebih banyak (30,8%) dibandingkan perempuan (23,1%).

Terlepas dari ketentuan batas asupan 3 zat diatas yang akan menimbulkan risiko tinggi untuk kesehatan dan kualitas hidup kita dalam usia yang panjang adalah jika gabungan dari asupan Gula-Garam-Lemak (GGL) tersebut melebihi batas konsumsi rekomendasi (Gula >50g/hari, Garam >5 g/hari, dan Lemak >67 g/hari).

Tingginya angka asupan gula tentu langsung memunculkan paradigma potensi terkena penyakit diabetes lebih besar namun tak hanya itu, berdasarkan penuturan Dr Frank Hu, Profesor Nutrisi di the Harvard T H Chan School of Public Health bahwa semakin banyak Anda mengonsumsi gula tambahan maka semakin meningkat pula risiko Anda terkena penyakit jantung.

Bahkan, dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of the American Medical Association, ditemukan fakta orang yang asupan kalorinya sekitar 17 hingga 21 persen, berasal dari gula tambahan akan mengalami risiko meninggal akibat penyakit jantung sebesar 38 persen lebih tinggi dibandingkan orang yang asupan kalorinya selain gula dengan persentasi yang sama.

Sama halnya dengan korelasi akibat sodium pada garam dalam jumlah tinggi juga bisa menyebabkan penahanan cairan (edema) dan tekanan darah menjadi meningkat.

Potensi Penyakit Berbahaya

Kondisi ini membuat potensi terkena strok, penyakit jantung, dan penyakit ginjal menjadi lebih besar. Setiap kali tekanan darah naik, jantung harus bekerja lebih keras, sehingga akan menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan otot pada jantung itu sendiri.

Asupan gula dan garam juga memperburuk kinerja otak secara signifikan dalam jangka waktu tertentu, penelitian dari Nature Neuroscience memaparkan asupan garam yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko demensia vaskular.

Demensia adalah kondisi menurunnya fungsi otak yang memengaruhi ingatan, pemikiran, bahasa, penilaian, dan perilaku. Demensia vaskular dapat terjadi akibat pembuluh darah di otak tersumbat yang berkaitan dengan efek garam yang mampu menstimulasi produksi zat-zat penyebab inflamasi atau radang.

Sejalan dengan Peneliti dari University of Bath, Inggris, menemukan fakta bahwa kelebihan glukosa dapat merusak enzim penting di otak yang merespon peradangan, yang berujung pada timbulnya penyakit Alzheimer.

Tak hanya itu, berbagai studi juga menjelaskan kadar lewat ambang batas untuk gula dan garam pada tubuh kita juga mendorong penyakit berbahaya lainnya seperti fungsi ginjal tergganggu, massa tulang menipis, kanker perut, hiperglikemia hingga strok.

Bahkan, jika asupan lemak juga telah tak terkontrol, 3 zat tersebut mampu membuat tubuh mengalami komplikasi hingga berujung kematian.

Jangan terlena dengan kelezatan makanan ataupun minuman yang terasa nikmat, sehingga kita melupakan kadar tepat yang dibutuhkan tubuh. Gaya hidup sehat untuk memperoleh umur panjang tentu tak terlepas dari makanan yang mengandung zat yang bermanfaat dengan komposisi yang benar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya