Liputan6.com, Bandung - Peneliti utama uji klinis fase III vaksin rekombinan Covid-19 yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co. Ltd, Rodman Tarigan, menyatakan saat ini sudah ada 300 relawan yang akan ikut dalam penelitian tersebut. Jumlah ini masih cukup jauh dari target 4.000 sukarelawan uji klinis di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Sampai hari ini, sudah ada 300 orang lebih yang mendaftar sebagai sukarelawan. Kami akan terus membuka rekrutmen pendaftaran sampai akhir April 2021," kata Rodman dalam keterangannya di Gedung RS Pendidikan Kedokteran Unpad, Kota Bandung, Selasa (2/3/2021).
Untuk diketahui, uji klinis fase III ini dijadwalkan akan dimulai pada awal Maret 2021. Di Indonesia, uji klinis ditargetkan merekrut 4.000 subjek relawan yang terbagi di dua wilayah, yaitu Bandung dan Jakarta. Masing-masing wilayah memiliki 2.000 target subjek penelitian.
Sebanyak 200 dari 2.000 subjek tersebut akan dilakukan pemeriksaan respons imun terhadap tubuh atau yang lebih dikenal dengan imunogenisitas.
Rodman mengatakan pihaknya akan terus mengintensifkan kampanye kepada masyarakat untuk menjadi sukarelawan. Hanya saja pada uji klinis ini, kata dia, tidak berlaku bagi masyarakat yang sudah mendapat vaksin atau pernah menjadi relawan uji klinis vaksin Sinovac.
"Prinsip uji klinis kesukarelaan, tanpa ada paksaan. Tentunya ketika ikut akan kami informasikan apa yang boleh dan tidak," ujarnya.
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Sukarelawan Dapat Asuransi
Berbeda dengan vaksin yang menggunakan platform berupa virus yang dilemahkan (attenuated virus) dan virus yang dimatikan (inactivated virus), vaksin rekombinan berbasis platform spike glycoprotein (protein S) dari Novel corona virus secara teori dapat memicu pembentukan titer antibodi yang lebih tinggi dan mampu memberikan proteksi yang lebih komprehensif.
"Protein S pada corona virus sendiri berfungsi untuk memediasi penempelan dan masuknya virus ke sel makhluk hidup yang terinfeksi," kata Rodman.
Dalam penelitian ini, tim riset menyediakan asuransi untuk pertanggungan rawat inap dan penggantian biaya rawat jalan dengan coverage kepada sukarelawan sesuai ketentuan yang ada.
"Relawan mungkin akan mendapat manfaat perlindungan dari vaksin apabila masuk ke dalam kelompok perlakuan vaksin dan vaksin terbukti efektif memberi perlindungan terhadap penyakit Covid-19. Yang pasti, sepanjang partisipasi dalam penelitian, relawan akan dipantau kesehatannya oleh tim peneliti," tutur Rodman.
Lebih jauh Rodman menjelaskan, penelitian uji klinis fase III dilakukan secara acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo dan multisenter di beberapa negara.
Subjek akan diacak dengan probabilitas 1:1, di mana sebanyak 50 persen subjek akan mendapat vaksin rekombinan dan 50 persen mendapat vaksin plasebo.
"Pengacakan tidak diketahui oleh tim peneliti, sehingga subjek relawan tidak dapat meminta jenis vaksin yang akan diterima nantinya," ujar Rodman.
Adapun relawan yang mendapat vaksin plasebo akan mendapatkan vaksin di akhir penelitian setelah izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diperoleh.
Advertisement
Kejar Kapasitas Vaksin
Presiden Direktur PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBIO) selaku penyedia vaksin rekombinan Covid-19 Anhui di Indonesia Mahendra Suhardono menuturkan, uji klinis vaksin rekombinan Anhui di Indonesia bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia.
"Dengan pemberian vaksin tiga kali, harapan kami bisa memberi perlindungan lebih lama dan mampu mengatasi pandemi di Indonesia," ujarnya.
Pihak JBIO sendiri sudah memiliki kapasitas produksi sampai 300 juta dosis. Sedangkan, perusahaan induk di China juga sudah siap memberi 50 sampai 100 juta dosis tahun 2021.
Sementara itu, Dekan Fakultas Universitas Padjadjaran Yudi Mulyana Hidayat menyatakan sampai saat ini belum semua masyarakat Indonesia mendapat prioritas vaksin. Di sisi lain, kapasitas vaksin masih terbatas. Karena itu, alternatif vaksin Covid-19 sangat dibutuhkan.
"Kita tahu persis ketersediaan vaksin di Indonesia masih sangat terbatas. Baru saja mendaftarkan dosen Unpad yang lansia baru bisa difasilitasi 300-400 orang. Artinya kita sambut baik uji klinis ketiga ini untuk menambah perbendaharaan vaksin yang ada," kata dia.