Cabai Rawit Gandeng Tarif Angkutan Udara Picu Inflasi di Bali

Kepala Perwakilan Bank Indoensia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyebut, tarif angkutan udara menjadi penyumbang inflasi di Bali.

oleh Dewi Divianta diperbarui 01 Mei 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2021, 08:00 WIB
Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho
Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan cabai rawit dan angkutan udara menjadi bagian inflasi di Bali pada Bulan Maret 2021. Ia menyebut Pulau Bali mengalami inflasi sebesar 0,52 persen.

"Inflasi terjadi di dua kelompok barang, yaitu volatilefood dan administered prices. dengan core inflation tercatat stabil," kata Trisno kepada awak media, Kamis (29/4/2021).

Ia menyebut, Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,47persen, sedangkan Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,81 persen atau lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebsar 1,37 persen.

"Kelompok bahan makanan alami inflasi sebesar 2,78 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan harga terlihat pada komoditas cabai rawit, daging ayam ras, tongkol yang diawetkan dan bawang merah," ujar dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Ajak Masyarakat Manfaatkan Lahan Tanam Cabai

Sementara itu, di sisi barang administered price, Trisno menyebut inflasi sebesar 0,31 persen yang disebabkan oleh tarif angkutan udara dan komoditas rokok.

"Peningkatan tarif angkutan usara sejalan dengan libur panjang pada Bulan Maret lalu. Rokok juga mengalami kenaikan karena naiknya cukain rokok pada Bulan Februari 2021 lalu," kata dia.

Menurut Trisno, inflasi pada Bulan Maret 2021 masih dalam kondisi normal. Namun, beberapa komoditas mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

"Pada Hari raya Galungan dan Bulan Ramadhan pada Bulan April kami perkirakan akan mengalami peningkatan permintaan bahan makanan dan canang sari," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Trisno mengajak seluruh masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan atau lahan yang tidak terpakai untuk digunakan menanam cabai. Hal itu untuk menghindari kenaikan harga komoditi cabai di Bali.

"Pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian dan digital farming," kata Trisno mengakhiri. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya