Liputan6.com, Denpasar Liburan akhir tahun 2020 lalu menjadi ajang pergerakan pariwisata Bali yang membuat perputaran perekonimian di Bali meningkat. Kendati diberlakukan kebijakan pengetatan protokol kesehatan melalui kewajiban tes rapi angtigen atau PCR bagi pelaku perjalanan dalam negeri serta pelarangan penyelenggaraan pesta tahun baru.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, Trisno Nugroho mengatakan meski ada pembatasan pada libur akhir tahun lalu itu tetap tidak mengurangi kunjungan wisatawan domestik untuk datamng ke Bali.
"kebijakan tersebut menyebabkan pembatalan sejumlah rencana kedatangan domestik sehingga menyebabkan perbaikan kinerja pada triwulan IV 2020 berlangsung terbatas," kata Trisno kepada awak media di Denpasar, Sabtu (6/2/2021).
Advertisement
Baca Juga
Trisno melanjutkan, data yang diterimanya dari BPS Provinsi Bali menyebut perekonomian Bali pada triwulan IV 2020 kembali melanjutkan tren pemulihan sebagaimana tercermin pada pertumbuhan triwulanan sebesar 0,94% serta tercermin pada kenaikan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari Rp 36,39 trilyun di triwulan III menjadi Rp 36,74 trilyun di triwulan IV 2020.
Menurutnya, perbaikan itu tidak lepas dari berlanjutnya penerapan tatanan era kehidupan baru dan peningkatan aktivitas sektor pariwisata di akhir tahun 2020 yang ditopang oleh wisatawan nusantara (wisnus).
"Dari 17 lapangan usaha, 13 diantaranya tercatat tumbuh positif dimana tiga pertumbuhan tertinggi dialami lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh sebesar 5,46%, diikuti sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum yang tumbuh sebesar 3,61%, dan Jasa Kesehatan dan Sosial yang tumbuh sebesar 3,01%," ujar dia.
Perekonomian Bali Menmbaik pada Februari
Tak hanya itu, Trisno menambahkan, sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,99%, perbaikan terjadi pada komponen Konsumsi Pemerintah 29,88%, Ekspor Luar Negeri 13,16%, dan Investasi 2,4%.
"Ekonomi Bali mengalami kontraksi -12,21% bersumber dari kontraksi hampir seluruh komponen permintaan, kecuali konsumsi pemerintah. Secara keseluruhan tahun 2020, Bali tumbuh negatif -9,31%, searah dengan prakiraan kami sebelumnya. Bali merupakan Provinsi yg terparah terdampak Covid-19 mengingat 54% sumbangan PDB berasal dari sektor pariwisata," tuturnya.
Sementara itu, kontraksi tertinggi terjadi pada komponen impor luar negeri -78,34%, ekspor luar negeri -76,23%, Investasi -12,21%, Konsumsi Rumah Tangga -3,65%. Sementara konsumsi pemerintah masih tumbuh positif 0,17%. Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan negatif, dengan kontraksi terdalam pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan -31,79%, akomodasi makan dan minum -27,52% serta pengadaan listrik air dan gas -16,49%.
"Kami memperkirakan perekonomian Bali di triwulan I 2021 akan membaik dengan tingkat kontraksi yang mengecil. Peningkatan kasus Covid-19 dan adanya PPKM selama periode Januari dan Februari mempengaruhi mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi. Pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2021 sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif," katanya.
Advertisement