Banyak Pasien Covid-19 Meninggal Kurang dari 48 Jam di Bangkalan, Varian Baru?

Polres Bangkalan menutup akses Jembatan Suramadu merespons tingginya kasus Covid-19 di Bangkalan

oleh Musthofa Aldo diperbarui 06 Jun 2021, 20:13 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2021, 20:12 WIB
Angka Kematian di Kolombia Melonjak
Seorang petugas kesehatan mengisi kertas kerja untuk pasien yang meninggal karena COVID-19, di kamar mayat Rumah Sakit Samaritana di Bogota, Kamis (3/6/2021). Kolombia menjadi hotspot pandemi yang mengalami gelombang ketiga infeksi COVID-19 dan lonjakan kematian. (AP Photo/Ivan Valencia)

Liputan6.com, Bangkalan - Kemacetan parah terjadi di akses Suramadu sisi Madura, Minggu (5/6/2021). Antrean kendaraan terjadi sejak Pos Polisi Labang hingga bentang tengah jembatan.

Warga Bangkalan yang hendak ke Surabaya namun terjebak macet, ramai membagikan apa yang mereka alami ke grup percakapan online WhatsApps juga media sosial lain.

Kemacetan itu dikarenakan polisi melakukan penyekatan di tengah jembatan. Warga Bangkalan yang hendak ke Surabaya diminta memutar balik.

Langkah ini diambil Polres Bangkalan sebagai respons atas tingginya lonjakan kasus Covid-19. Menurut data Dinas Kesehatan Bangkalan, dalam sepekan terakhir ada temuan 190 kasus baru dan 34 di antaranya meninggal dunia.

Mereka yang terjangkit virus yang menyerang sistem pernapasan ini terpusat di tiga kecamatan, yaitu Arosbaya, Klampis dan Geger.

"Klaster hari raya dan data ini belum kami rilis ke provinsi," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangkalan, Sudiyo.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

RS Syamrabu Angkat Tangan

Rapat koordinasi penanganan Covid-19 di Bangkalan. (Foto: Liputan6.com/Musthofa Aldo)
Rapat koordinasi penanganan Covid-19 di Bangkalan. (Foto: Liputan6.com/Musthofa Aldo)

Tingginya kasus baru Covid-19 di Bangkalan ini bahkan membuat pengelola RSUD Syamrabu angkat tangan. Sampai-sampai manajemen rumah sakit khusus Covid-19 ini menggelar rapat dadakan yang hasilnya mengusulkan kepada Bupati Bangkalan untuk melockdown gedung instalasi gawat darurat selama tiga hari.

Direktur RSUD Syamrabu dr Nunu Kristiani mengatakan saat ini dari 90 bad atau kasur di ruang khusus isolasi pasien Covid-19 sudah terisi 70 bad atau 81 persen.

Kondisi ini, kata dia, bertambah parah karena 18 tenaga kesehatan, 4 diantaranya dokter, juga positif virus yang berasal dari Wuhan China ini. Bahkan, satu dokter ahli radiologi telah meninggal dunia.

"Kami kewalahan, makanya kami memutuskan mengusulkan agar IGD dilockdown," ungkap dia.

Dalam rapat Satgas Covid-19 Provinsi Jawa Timur yang digelar di Pendopo Agung Bangkalan hari ini, Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana mengusulkan PPKM Mikro, swab massal hingga penyekatan digalakkan lagi untuk mencegah virus Corona di Bangkalan yang diduga varian baru tidak menyebar ke daerah lain.

"Kita target, swab massal di Arosbaya, Klampis dan Geger untuk mencegah penyebaran. Kami sudah siapkan 6 rumah sakit penyangga, selain RSUD Syamrabu, untuk menjadi tempat isolasi bagi mereka yang positif," kata dia.

 

Covid-19 di Bangkalan Varian Baru?

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bangkalan Dr Farhat Suryaningrat. (Foto: Liputan6.com/Musthofa Aldo)
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bangkalan Dr Farhat Suryaningrat. (Foto: Liputan6.com/Musthofa Aldo)

Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bangkalan Dr Farhat Suryaningrat perlu penelitian di laboratorium yang memiliki sequensing genome. Hasil PCR tiap pasien nantinya dipecah lagi menjadi lebih kecil dengan metode ini.

"Menurut analisa kedokteran mutasi varian baru mungkin terjadi, tapi perlu penelitian khusus, apalagi yang varian baru ini orang bisa positif meski hasil PCR negatif," terang dia.

Yang pasti, menurut Direktur RSUD Syamrabu, dr Nunuk Kristiani, terdapat sejumlah keanehan pada pasien klaster baru ini.

Misalnya, kata dia, pasien berkomorbid atau tidak, kondisi cepat sekali memburuk. Dan banyak sekali pasien yang meninggal di bawah 48 jam.

"Rata-rata pasien datang ke rumah itu sakit itu kondisinya sudah buruk. Desaturasinya 60 hingga 80," dia mengungkapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya