Sensasi Segar Gigit Semangka Langsung di Agrowisata Pampang Gunungkidul

Tak cuma pantai, Gunungkidul ternyata juga punya destinasi agrowisata semangka.

oleh Hendro diperbarui 10 Jun 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 06:00 WIB
Pengjung Memilih semangka di Kebun
Pengunjung datang, cicipi, pilih, petik, timbang, bayar. inilah ciri khas Agro Wisata Semangka Pampang Gunungkidul

 

Liputan6.com, Gunungkidul Tak cuma pantai, Gunungkidul ternyata juga punya destinasi agrowisata semangka. Berada di Kalurahan Pampang Paliyan, siang-siang yang makan semangka langsung dari kebunnya menjadi aktivitas wisata yang tiada taranya.  

Agrowisata Semangka Pampang memang lagi hits di kalangan wisatawan Yogyakarta. Serasa ini merupakan pemandangan baru untuk wilayah yang kerap dapat stigma kering dan sulit air. 

Budi Susilo, Ketua Kelompok Agrosisata Semangka Pampang kepada Liputan6.com mengatakan, setidaknya ada 3 hektare lahan semangka yang kini menjadi bagian agrowisata. Ada dua jenis semangka yang ditanam, semangka Inul yang paling disukai pengunjung karena rasanya manis dan teksturnya menarik. Sedangkan jenis satunya lagi merupakan semangka tanpa biji.

"Dua jenis ini yang paling digemari pengunjung, rasanya lebih manis karena ditanam di lahan yang minim air,” kata Budi Susilo.

Budi menceritakan, ketidakadilan yang diterima petani semangka menjadi awal pelecut terbentuknya Agrowisata Semangka Pampang. Dahulu petani malah gigit jari usai panen lantaran semangka dibeli dengan harga sangat murah oleh tengkulak.

"Kalau tengkulak yang beli waktu itu, petani rugi. Bukan hanya soal produksinya, tetapi buahnya juga dipilih pilih, dan itu menentukan harga jual," ungkapnya.

Ia menuturkan, kerugian petani ini akan berdampak pada pendatan hasil pertanian semangka di wilayah Pampang. Terlebih, sisa semangka yang tidak masuk dalam kategori tengkulak akan ditinggal atau dibiarkan begitu saja.

Di tangan pengelola agrowisata, kini petani semangka lebih gembira, karena semangka dijual secara langsung ke pembeli.

"Belum terpikir waktu itu, hanya bagaimana cara untuk menjual semangka ini semuanya ke pembeli dengan harga yang pantas," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lebih Murah dan Segar

 

Budi mengaku, perkembangan informasi dan sosial media turut membantu mempromosikan Agrowisata Semangka Pampang hingga makin di kenal di kalangan traveler.

Budi Susilo menambahkan, pada awalnya semangka yang sudah dipetik dan tidak laku dijual menjadi sisa dan busuk. Merekapun berpikir lagi bagaimana caranya agar semangka habis tanpa meninggalkan sisa maupun busuk. Akhirnya mereka memutuskan membuka agrowisata. Di situ pengunjung datang, petik semangka, timbang, bayar, dan bawa pulang.

"Hasilnya luar biasa, semangka yang tersisa masih bisa bertahan. Dan ini menjadikan petani semangka di sini tidak merugi," kata Budi.

Yang menarik, kelompok agrowisata ini sudah tiga tahun berhasil memproduksi semangka saat musim kemarau dan mengubahnya menjadi lahan palawija di musim penghujan.

Antok (48), seorang wisatawan warga Semanu Gunungkidul mengaku senang bisa berkunjung ke lokasi agrowisata. Apalagi, katanya, semangka di tempat ini ukurannya sangat besar dan manis.

"Anak-anak juga dapat belajar pertanian di sini," kata Antok.

Menurut Antok, semangka yang dihasilkan di Pampang ini sangat segar, apalagi jika langsung memetik dan memakannya di tempat.

"Harganya lebih murah dari harga toko, dan lebih segar,” katanya.

Antok berharap kehadiran Agrowisata Semangka Pampang bisa membuat petani sejahtera dan masyarakat sekitar ikut gembira. Yang terpenting, peningkatan pengelolaan agar agrowisata di Gunungkidul ini punya fasilitas penunjang wisata yang mumpuni. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya