Lingkar Bregada, Sensasi Bermain Monopoli Sambil Belajar Kebudayaan Jawa

Monopoli menjadi cara bagi mahasiswa UGM untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada generasi muda maupun yang ingin belajar kebudayaan Jawa.

oleh Yanuar H diperbarui 26 Okt 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2021, 12:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Tradisi Wayang Kulit Gagrak Jawa Timuran khas budaya Suku Arek (Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan bahkan hingga Jombang). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Yogyakarta - Lingkar Bregada menjadi cara mahasiswa UGM memperkenalkan kebudayaan Jawa dengan membuat permainan edukatif dengan bahasa Jawa. Permainan edukasi kebudayaan Jawa ini digagas oleh Fitriana Aulia dari FKKMK, Andreas Ryan Cahyo K, Arlen Pramudya A, dan Wahyu Setyaningsih dari Fakultas Teknik, serta RR Natasya Nur Putri A, dari Fakultas Hukum.

"Kurangnya bahan ajar dan keinginan untuk menarik minat pembelajaran Bahasa Jawa bagi anak-anak dengan media pembelajaran yang inovatif, membuat kami tertarik untuk mengembangkan ide ini," kata Fitriana, Senin (25/10/2021).

Fitriana mengungkapkan permainan edukatif ini dikembangkan dalam bentuk monopoli yang memuat pengetahuan umum Bahasa Jawa menggunakan 10 bidak bregada dalam satu set permainan. Namun, untuk memainkannya hanya dapat dilakukan 4 pemain. Langkah pertama untuk bermain adalah dengan menyelesaikan kartu misi terlebih dahulu. Kartu misi digunakan sebagai kartu pembuka yang berisi sebuah cerita.

"Di permainan itu kami mengangkat tema sejarah Tanah Mangir, di mana ada Panembahan Senopati, Pembayun, maupun Ki Ageng Mangir yang berseteru," dia menerangkan.

Andreas mengatakan dalam permainan monopoli tersebut mereka menambahkan tulisan aksara Jawa pada bagian depan kartu disertai dengan pertanyaan bermuatan kurikulum lokal Bahasa Jawa. Dalam permainan tersebut juga dilengkapi kotak kecil yang berisi kunci jawaban yang berada di balik bagian bawah pertanyaan.

Dengan begitu, pemain tidak dapat langsung mengetahui kunci jawaban dari pertanyaan di atasnya. Menariknya, bagian belakang kartu tersebut juga memuat terjemahan dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Jawa dalam alfabet, Bahasa Indonesia, dan juga Bahasa Inggris.

"Harapannya ke depan produk ini bisa ada pengembangan berupa diversifikasi produk yang mengangkat kebudayaan Nusantara lain agar bisa dipasarkan lebih luas lagi. Selain itu, kerja sama dengan dinas terkait juga penting agar produk ini tidak berhenti di tataran PIMNAS saja," katanya.

Permainan yang dikembangkan kelima mahasiswa ini berhasil mendapatkan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Kemendikbud Ristek dan lolos maju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2021 akhir bulan Oktober ini.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya