Ada Potensi Badai La Nina Jelang Akhir Tahun, Warga Gunungkidul Diimbau Waspada

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini potensi badai La Nina yang diperkirakan terjadi di penghujung tahun 2021.

oleh Hendro diperbarui 02 Nov 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 20:00 WIB
Nelayan diterjang Ombak Tinggi
Selain sektor pertanian, sektor perikanan bisa terjadi berkurangnya pasokan ikan. Hal ini dimungkinkan nelayan tidak bisa melaut akibat cuaca buruk dan gelombang air laut yang tinggi.

Liputan6.com, Gunungkidul - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini potensi badai La Nina yang diperkirakan terjadi di penghujung tahun 2021. Fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur ini diprediksi dapat berdampak pada sektor pertanian dan perikanan.

Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan, fenomena La Nina dipicu menurunya suhu permukaan laut di mana sirkulasi udara lembab mengalir lebih kuat. Imbasnya, curah hujan akan meningkat dari kondisi normal.

"Diperkirakan (curah hujan) akan lebih tinggi di musim hujan ini dibanding normalnya," kata Reni saat dihubungi Liputan6.com, Senin (1/11/2021).

Reni menjelaskan, BMKG sudah memberikan informasi terkait kondisi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dapat segera disikapi para petani, nelayan, dan masyarakat umum yang berpotensi terdampak. 

Selain sektor pertanian, sektor perikanan juga bisa terdampak, yaitu berkurangnya pasokan ikan. Mengingat saat badai terjadi nelayan tidak bisa melaut akibat cuaca buruk dan gelombang air laut yang tinggi.

"Kami sudah lakukan beberapa hal agar petani dan nelayan dapat memperhitungkan kegiatan mereka. Belum lama ini diadakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan dan Sekolah Lapang Iklim," katanya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengungkapkan, sektor pertanian perlu disiapkan dalam mengantisipasi curah hujan yang tinggi. Pihaknya telah memberikan arahan agar para petani dapat membuat lintasan air untuk antisipasi genangan.

"Takutnya tergenang di lahan pertanian, karena itu dibuat lintasan air. Gunungkidul sendiri mempunyai topografi perbukitan, sehingga air mudah mengalir jika di buatkan jalur aliran," katanya.

Disinggung mengenai aktivitas pertanian, Raharjo mengatakan, saat ini sudah 90 persen petani melakukan pengolahan lahan. Bahkan dari pemantauan yang dilakukan, hingga saat ini yang terlapor luasan tanam padi bulan Oktober seluas 4.670 hektare, jagung 4.444 hektare, kedelai 22 hektare.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Imbauan BPBD Gunungkidul

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul meminta warga lebih meningkatkan kewaspadaannya. Pasalnya, dampak La Nina dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Warga Gunungkidul yang masuk dalam kategori rawan banjir dan longsor harus lebih waspada dengan fenomena yang terjadi ini.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki menyampaikan telah menerima informasi peringatan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Salah satunya tentang prediksi curah hujan yang kemungkinan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Ia pun berharap warga hingga forum tanggap bencana di tiap kalurahan siap dengan berbagai antisipasi. Mulai dari meminimalisir potensi bencana hingga terus memantau informasi perkembangan cuaca.

"Warga perlu mengenali bahaya dan mengurangi resiko (bencana)," kata Edy.

Pihaknya saat ini tengah menyiapkan Surat Keputusan (SK) Bupati tentang siaga bencana banjir dan longsor. Pemetaan di zona rawan longsor, aliran sungai rawan banjir, hingga rawan banjir genangan pun sudah dilakukan.

Menurut Edy, penanganan dampak bencana nantinya mengandalkan forum kalurahan tangguh bencana yang sudah terbentuk. Saat ini, pihaknya mulai bersiap untuk melakukan sosialisasi antisipasi musim penghujan ke masyarakat.

"Itu kami lakukan dengan OPD terkait, sebagai peningkatan kapasitas pada masyarakat," jelasnya.

Edy mengatakan pihaknya tidak ada anggaran khusus untuk penanganan bencana hidrometeorologi. Penanganan nantinya akan memanfaatkan alokasi anggaran Rp 3 miliar untuk kegiatan rutinitas BPBD Gunungkidul selama setahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya