Menemukan Tanaman Obat Tersembunyi di Pegunungan Menoreh, Cek Nama dan Manfaatnya

Pengolahan tanaman obat yang kaya antioksidan ini harus hati-hati karena panas pada saat perebusan dapat merusak senyawa antioksidan yang terkandung di dalamnya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Nov 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2021, 15:30 WIB
Tanaman Obat
Pakar tanaman obat bersama dengan komunitas pencinta tanaman herbal menggali tanaman obat yang belum diketahui masyarakat. Mereka menjelajahi kawasan pegunungan Menoreh, tepatnya Madugondo, Suroloyo, Kulonprogo, Sabtu (27/11/2021).

Liputan6.com, Yogyakarta- Pakar tanaman obat herbal Universitas Gadjah Mada (UGM) Djoko Santoso bersama dengan komunitas pencinta tanaman herbal menggali tanaman obat yang belum diketahui masyarakat. Mereka menjelajahi kawasan pegunungan Menoreh, tepatnya Madugondo, Suroloyo, Kulonprogo, Sabtu (27/11/2021).

Perhelatan bertajuk Event Walk For Happiness ini digelar start up berbasis herbal Widya Herbal. Dalam kegiatan yang diikuti 22 peserta itu, Djoko mengungkapkan banyak tanaman obat kaya antioksidan di kawasan Menoreh.

ā€œSelain tanaman teh, juga ditemukan tanaman seperti kotokan dan sintrong (Gynura crepidioides),ā€ ujarnya dalam siaran pers.

Tanaman sintrong memiliki daun muda yang kaya antioksidan dan membantu meluluhkan batu ginjal. Tanaman dengan warna yang cantik dan beragam dapat menjadi salah satu parameter bahwa tanaman tersebut kaya antioksidan.

Selain itu, tim jelajah juga menemukan tanaman obat bermanfaat lain seperti pegagan (Centella asiatica) yang mampu membantu mengatasi stroke, kenanga (Cananga odorata) yang bunganya yang sudah memar dapat membantu memberi efek menenangkan.

Ada pula sidaguri (Sida rhombifolia) yang dapat membantu mengatasi asam urat, lalu putri malu (Mimosa pudica) yang mampu membantu menurunkan kadar gula darah. Walangi atau culantro (Eryngium foetidum) yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan ataupun ditumis.

"Secara tradisional masyarakat menggunakan Walangi ini untuk membantu mengobati luka bakar, sakit telinga, demam, hipertensi, sembelit, asma, sakit perut, infeksi cacing, gigitan ular, diare dan malaria," ucapnya.

Djoko menyebut pengolahan tanaman obat yang kaya antioksidan ini harus hati-hati karena panas pada saat perebusan dapat merusak senyawa antioksidan yang terkandung di dalamnya.

Caranya, merebus air dengan menggunakan kuali tebal (lebih baik menggunakan bahan tanah liat) dan ditutup hingga mendidih. Kemudian api dikecilkan dan simplisia tanaman dimasukkan. Setelah itu kompor dimatikan dan tutup dibuka seidkit. Biarkan hingga dingin dan siap dikonsumsi.

Pemandu aktivitas jelajahĀ  Ison Satriyo menyebutkan vegetasi tanaman obat herbal di Madugondo Suroloyo ini sangat beragam dan membuat para peserta, termasuk komunitas yoga Yogyakarta itu antusias. Terlebih kawasan Madugondo Menoreh itu juga menyimpan cerita legenda tentang kisah Batara Guru yang konon sering bertapa di kawasan tersebut sembari menyatu dengan alam.

"Jelajah alam menggali tanaman obat ini juga mempertemukan dua aktivitas yakni yoga dan jelajah alam," kata Ison yang juga Ā menjabat sebagai Chief Operating Officer Widya Herbal Indonesia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya