Letusan Gunung Semeru Dikaitkan dengan Ramalan Jayabaya, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Bencana letusan Gunung Semeru ini juga menyebabkan banyak orang mengungsi dan memakan 43 korban jiwa

diperbarui 10 Des 2021, 03:30 WIB
Diterbitkan 10 Des 2021, 03:30 WIB
Dusun Kamar Kajang Tertimbun Material Gunung Semeru
Batu-batu besar tersebar di depan rumah-rumah yang rusak di Dusun Kamar Kajang, Lumajang, Kamis (9/12/2021). Luapan air sungai bercampur material lahar dingin erupsi Gunung Semeru merendam puluhan rumah akibat diguyur hujan deras pada Selasa (7/12) dan Rabu (8/12) malam. (Juni Kriswanto/AFP)

Lumajang - Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) dikaitkan dengan ramalan Jayabaya. Namun, terjadinya bencana alam tersebut memiliki penyebab yang bisa dibuktikan secara ilmiah.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan, yang terjadi di Gunung Semeru bukanlah erupsi. Manager Pusat Pengendalian Ops Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Jawa Timur Dino Andalananto mengatakan, aktivitas Gunung Semeru itu merupakan awan panas guguran.

“Kebetulan ini kemarin kan awan panas guguran yang sifatnya rapid-onset. Jadi tiba-tiba,” ujarnya, Kamis (9/12/2021).

Akibat awan panas guguran itu, sekitar 2.417,2 Ha lahan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, rusak. Bencana alam ini juga menyebabkan banyak orang mengungsi dan memakan 43 korban jiwa.

Dahsyatnya bencana ini sempat dikaitkan dengan ramalan Jayabaya tentang tanah Jawa bakal terbelah menjadi dua. Berikut isi ramalannya:

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Bunyi Ramalan

Hari Kelima Pencarian Korban Gunung Semeru
Gunung Semeru menjulang di atas rumah-rumah yang rusak akibat letusannya pada Sabtu, di Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Berdasarkan laporan BNPB, jumlah korban meninggal hingga Rabu pukul 10.30 WIB hari ini berjumlah 41 orang dan 12 orang dalam proses pencarian. (AP Photo/Trisnadi)

“Putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu, hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti mumpuni sakabehing laku nguel tanah Jawa kaping pindho, ngerahake jin setan kumara prewangan, para lelembut ke bawah parintah saeko proyo kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda landhepe triniji suci bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong".

Ramalan Jayabaya tersebut awalnya dikait-kaitkan dengan mitos jika Gunung Slamet di Jawa Tengah erupsi hebat, konon Tanah Jawa akan terbelah karenanya. Gunung Slamet menaungi lima kabupaten di Jawa Tengah, yakni Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal.

Berdasarkan amatan dari situs Magma Indonesia, saat ini kondisi Gunung Slamet normal dan tidak ada aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan. Sementara Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jateng dan DIY berada pada level II Siaga. Sementara Gunung Semeru berada di level III Waspada dan kondisinya belum stabil.

Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya