Selokan Mataram Selamatkan Rakyat Yogyakarta dari Romusha

Selokan Mataram merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang masih bisa ditemui hingga saat ini di Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Mar 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2022, 00:00 WIB
Festival Selokan Mataram
Festival Selokan Mataram digelar di Sleman, Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Selokan Mataram merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang masih bisa ditemui hingga saat ini. Peninggalan ini berupa saluran air yang terbentang memanjang dari barat ke timur menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak.

Selokan Mataram yang dibangun saat pendudukan Jepang ini masih terasa manfaatnya hingga saat ini. Saluran air ini berperan penting menjadi saluran irigasi yang mengairi belasan ribu hektare sawah di wilayah Yogyakarta.

Dikutip dari berbagai sumber, sejarah pembangunan Selokan Mataram cukup menarik disimak. Pada masa penjajahan Jepang, banyak rakyat Indonesia dikirim ke berbagai daerah untuk dijadikan tenaga kerja paksa atau romusha. Mereka dipaksa membangun beragam infrastruktur yang mendukung kepentingan militer Jepang melawan Sekutu.

Rakyat yang menjadi romusha sangat menderita, tidak diberi makan yang cukup dan diperlakukan dengan kejam sehingga banyak yang tewas.

Keadaan ini membuat Sultan HB IX prihatin. Penguasa Kesultanan Yogyakarta tersebut berusaha menghindarkan warga Yogyakarta dari kewajiban menjadi romusha.

Dengan kebijaksanaan beliau, rakyat Yogyakarta diperintahkan membangun saluran irigasi sepanjang 30 kilometer, dari Sungai Progo sampai ke Sungai Opak. Pembangunan ini digunakan sebagai alasan untuk menolak rakyatnya dijadikan romusha dengan alasan tenaga mereka masih dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek saluran irigasi.

Pembangunan saluran air itu memang perlu dilengkapi dengan bendungan, tanggul, jembatan, dan lain-lain, sehingga memerlukan banyak tenaga.

Kepada pihak Jepang, Sri Sultan menyampaikan bahwa Yogyakarta adalah daerah yang kering. Hasil bumi yang dijadikan andalan hanya singkong yang diolah menjadi gaplek. Ia bilang ke Jepang, kondisi penduduk dan areal pertaniannya sangat memprihatinkan karena masalah pengairan. Diharapkan dengan keberadaan sarana pengairan yang memadai akan diperoleh hasil pertanian yang baik sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi Jepang.

Diplomasi Sri Sultan Hamengku Buwono IX membuahkan hasil positif. Jepang menyetujui pembangunan kanal untuk sarana pengairan yang pada zaman pendudukan Jepang dikenal dengan nama Kanal Yoshiro, dan kini dikenal dengan nama Selokan Mataram.

 

Penulis: Tifani

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya