Liputan6.com, Pekanbaru - Ibarat maling masuk rumah, penghuninya harus pergi karena mengganggu kenyamanan maling dalam beraksi. Begitulah kira-kira nasib yang dialami harimau sumatra di Kampung Sibanga, Desa Tasik Tebing Serai, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis.
Sejak 6 April hingga sekarang, sudah ada tiga kali harimau menampakkan belangnya. Dua di antara kemunculannya ada dua korban, pertama manusia dan kedua seekor anjing.
Advertisement
Baca Juga
Yang ketiga, harimau mendatangi pondok penjaga lahan di desa itu. Si Datuk Belang sempat mengitari hunian semi-permanen itu seolah memberi isyarat harus pergi karena sudah memasuki habitatnya.
Sejak kejadian ada penjerat rusa dimakan harimau pada 6 April lalu, BBKSDA Riau menyatakan lokasi kemunculan berada di Giam Siak Kecil. Ini merupakan kawasan hutan konservasi yang diperuntukkan melindungi satwa liar terancam punah.
Giam Siak Kecil sejak dahulu menjadi landscape harimau sumatra. Lokasi itu juga menjadi rumah bagi gajah sumatra dan satwa endemik Indonesia lainnya yang terancam tinggal nama.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Â
Konflik Ciptaan Manusia
Melihat konflik yang "diciptakan" manusia karena masuk habitat harimau, BBKSDA Riau menyatakan perlu menyelamatkan si kucing besar. Alasannya harimau sudah beberapa kali muncul dan menebar ancaman kepada manusia.
"Kami merasa kejadian ini sudah berulang kali, langkah saat ini menggeser kandang jebak," kata Plt Kepala BBKSDA Riau Fifin Arfiana Jogasora kepada wartawan terkait konflik ini.
Fifin mengakui lokasi konflik ini berada di hutan konservasi. Hutan yang menjadi tanggung jawab BBKSDA ini memang diperuntukkan menjaga kelestarian satwa liar.
Sebagai langkah awal, BBKSDA Riau akan memasang kamera intai di lokasi. Tujuannya mengetahui daerah perlintasan harimau untuk selanjutnya dipasang kandang jebakan.
Di sisi lain, BBKSDA Riau menyatakan di kawasan itu tengah terjadi perambahan hutan. Di sana berdiri sejumlah pondok hunian pekerja untuk membangun kebun dengan membabat hutan.
Tidak diketahui apa alasan BBKSDA Riau lebih memilih menyelamatkan para perambah hutan dari pada mempertahankan harimau di rumahnya sendiri.
Advertisement