Liputan6.com, Denpasar - Perjalanan ke Cianjur dari Sukabumi menggunakan kereta akan disuguhi berbagai pemandangan pedesaan dan perbukitan. Perlintasan kereta Sukabumi-Cianjur yang berkelok-kelok akan membuat jantung berdebar.
Apalagi saat berada di lintasan Stasiun Cireungas-Lampegan. Jangan khawatir kalau posisi kereta memiring ke sebelah kanan atau kiri. Tetap tenang dan banyak berdoa.
Selain jalur kereta yang bikin senam jantung, pada perlintasan Sukabumi-Cianjur juga akan melewati terowongan Lampegan yang cukup panjang. Terowongan ini terletak di antara Stasiun Cireungas dan Stasiun Lampegan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip berbagai sumber, terowongan Lampegan merupakan terowongan tertua di Indonesia. Terowongan kereta api ini mulai dibangun pada 1879 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen dan mulai digunakan pada 1882.
Hingga saat ini, terowongan dengan panjang 415 meter itu tetap berdiri kokoh meskipun pernah mengalami kerusakan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Di Balik Nama Terowongan Lampegan
Ada beberapa versi terkait asal mula nama terowongan Lampegan. Pertama, nama Lampegan berasal dari kalimat “Lamp Pegang” yang sering diucapkan oleh mandor proyek kala itu. Sekilas, kata yang sering disebutkan mandor asal Belanda itu adalah “Lampegan”.
Versi lainnya nama Lampegan berasal dari ucapan masinis kepada asistennya saat memasuki terowongan itu. Masinis ke asistennya bilang “Lampean… lampean”. Artinya adalah menyalakan lampu.
Karena terdengar seperti kata Lampegan, maka masyarakat menyebut terowongan tersebut adalah terowongan Lampegan.
Tidak jauh dari terowongan tersebut terdapat stasiun bernama Stasiun Lampegan di wilayah Kabupaten Cianjur.
Advertisement
Misteri Nyi Sadea yang Hilang di Terowongan
Konon, pada terowongan Lampegan ada cerita mistis yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Yakni tentang sosok Nyi Sadea.
Diceritakan, setelah terowongan Lampegan rampung, kemudian diadakan peresmian oleh pejabat Hindia Belanda. Peresmian tersebut mengundang penari ronggeng terkenal bernama Nyi Sadea.
Nyi Sadea menari di hadapan para pejabat Hindia Belanda. Setelah selesai, ia berteduh di dalam terowongan karena di luar sedang hujan.
Di tengah terowongan ada suara yang memanggil Nyi Sadea. Ia pun mendekati sumber suara tersebut. Lalu Nyi Sadea hilang entah kemana dan tidak kembali lagi.
Menurut mitos, Nyi Sadea diperistri oleh pemimpin gaib di wilayah itu. Ada juga yang menyebut jika Nyi Sadea dijadikan tumbal pembangunan terowongan.