Liputan6.com, Yogyakarta - Terowongan Lampegan yang terletak di jalur kereta api Sukabumi-Cianjur masih berdiri hingga kini. Hal ini merupakan bukti kejayaan rekayasa sipil era kolonial Belanda kala itu.
Mengutip dari berbagai sumber, terowongan ini dibangun pada akhir abad ke-19. Terowongan ini menyandang status sebagai terowongan kereta api tertua di Pulau Jawa dan menjadi bagian dari ekspansi jaringan kereta api di wilayah Priangan.
Pembangunan jalur kereta api di kawasan Priangan bermula dari rute Bogor-Sukabumi yang diinisiasi oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta Belanda. Akan tetapi, kondisi topografi Priangan yang berbukit-bukit dengan lembah curam menyebabkan NIS mengalami kesulitan dalam melanjutkan proyeknya.
Advertisement
Baca Juga
Melihat pentingnya jalur transportasi ini untuk mengangkut hasil perkebunan dari dataran tinggi Priangan, Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, mengambil alih proyek tersebut pada tahun 1879. SS memulai pembangunan perpanjangan jalur dari Sukabumi menuju Cianjur, dengan terowongan Lampegan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kondisi geografis tersebut.
Saaat itu, para insinyur Belanda harus memecahkan masalah bagaimana menembus bukit-bukit terjal tanpa mengubah gradien rel yang dipersyaratkan untuk pengoperasian kereta uap. Terowongan Lampegan dibangun dengan teknik penggalian manual yang membutuhkan ribuan pekerja pribumi di bawah supervisi insinyur Eropa.
Konstruksi terowongan sepanjang 149 meter ini diselesaikan setelah tiga tahun pembangunan. Struktur terowongan dirancang dengan dinding batu yang diperkuat untuk menahan beban bukit di atasnya.
Sementara itu, sistem drainase didesain untuk mencegah genangan air yang bisa merusak struktur rel dan terowongan. Pada tanggal 10 Mei 1883, jalur Sukabumi-Cianjur beserta Stasiun Cianjur dan Terowongan Lampegan diresmikan penggunaannya.
Peristiwa ini membuka akses yang lebih cepat antara dataran tinggi Priangan dengan Batavia (Jakarta). Jalur kereta api ini digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan teh, kopi, dan kina dari dataran tinggi Priangan menuju pelabuhan di Batavia untuk diekspor ke Eropa. Pembukaan jalur ini mempercepat proses pengiriman komoditas dan mengurangi kerusakan pada produk perkebunan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun