Melindungi Mangrove di Donggala untuk Mitigasi hingga Potensi Ekonomi

Ribuan bibit mangrove berbagai jenis ditanam di Pesisir Kabupaten Donggala saat peringatan Hari Mangrove se-Dunia, Selasa (26/7/2022). Selain menanam, ibu-ibu pesisir setempat juga memamerkan olahan makanan berbahan dasar mangrove.

oleh Heri Susanto diperbarui 28 Jul 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2022, 00:00 WIB
aksi tanam mangrove di Donggala
Aksi tanam mangrove di Desa Tanjung Batu, Donggala oleh anak-anak SD. Penanaman itu diinisiasi Yayasan KEHATI bersama Yayasan Bonebula serta kelompok ibu-ibu pegiat konservasi mangrove untuk memperingati Hari Mangrove Se-Dunia, Selasa (26/7/2022). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Donggala - Ribuan bibit mangrove berbagai jenis ditanam di Pesisir Kabupaten Donggala saat peringatan Hari Mangrove se-Dunia, Selasa (26/7/2022). Selain menanam, ibu-ibu pesisir setempat juga memamerkan olahan makanan berbahan dasar mangrove.

Penanaman itu merupakan inisiasi bersama antara Yayasan Keanekaragaman Hayati  Indonesia (KEHATI), Yayasan Bonebula, dan kelompok ibu-ibu. Sebanyak 3.000 bibit mangrove ditanam di lokasi seluas 1 haktare di Kelurahan Tanjung Batu, Donggala.

Menariknya yang menanam tanaman pelindung pesisir tersebut adalah siswa-siswi sekolah dasar setempat. Mereka juga diberikan pengetahuan tentang fungsi mangrove bagi ekosistem laut termasuk manfaatnya sebagai benteng hijau peredam gelombang. pengetahuan mitigasi alami itu diberikan lantaran daerah tersebut pernah diterjang tsunami pada tahun 2018 lalu.

Di lokasi yang sama, kelompok ibu-ibu menunjukkan olahan makanan dan minuman berbahan dasar mangrove seperti bolu dan kopi yang punya potensi ekonomi.

"Walau berangkat dari mitigasi bencana, konservasi mangrove diharapkan memberi banyak manfaat lain terutama masyarakat sekitar," Manajer Program ekosistem kelautan Yayasan KEHATI, Toufik Alansar mengatakan, Selasa (26/7/2022).

Dengan mengetahui manfaat lain dari mangrove, kata Toufik, masyarakat sekitar dapat lebih berperan dalam upaya konservasi mangrove.

Simak video pilihan berikut ini:

Menciptakan Ketangguhan Masyarakat Pesisir dengan Mangrove

mengolah makanan berbahan dasar mangrove
Ibu-ibu pegiat konservasi mangrove di Desa Kabonga Kecil, Donggala membuat aneka makanan berbahan dasar mangrove saat peringatan Hari Mangrove se-Dunia di Donggala yang diinisiasi Yayasan KEHATI, Yayasan Bonebula, dan sejumlah kelompok pegiat konservasi mangrove, Selasa (26/7/2022). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Sementara itu, pegiat konservasi mangrove Donggala dan Direktur Yayasan Bonebula, Andi Anwar mengungkapkan pascabencana yang melanda daerah itu, intervensi dan aksi kolaborasi untuk membangun ketangguhan masyarakat pesisir dengan mangrove terasa penting. Apalagi beberapa desa di Donggala terbukti tidak terdampak parah akibat tsunami tahun 2018 karena punya kawasan mangrove.

"Tantangan terbesar dari rehabilitasi dan konservasi mangrove di sini adalah alih fungsi lahan baik oleh masyarakat maupun pemerintah," Kata Andi Anwar.

Menurutnya, area mangrove di kawasan Teluk Palu yang membentang dari Kota Palu hingga Donggala pascabencana sebanyak 98 persen ada di Donggala. Oleh karena itu, upaya konservasi penting dilakukan sebagai upaya perlindungan.

Rehabilitasi dan konservasi ekosistem pesisir sendiri, kata Anwar, sudah berjalan selama 2 tahun dengan pelibatan masyarakat sekitar.

"Sebelumnya, kami hanya tau mangrove sebagai tanaman air, tapi setelah mendapat pelatihan dan pendampingan kami bisa membuat banyak jenis makanan dan minuman dengan tanaman ini. Bahkan bisa dijual,” Rini (35), warga Desa Kabonga Kecil mengungkapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya