Liputan6.com, Donggala - Ribuan bibit mangrove berbagai jenis ditanam di Pesisir Kabupaten Donggala saat peringatan Hari Mangrove se-Dunia, Selasa (26/7/2022). Selain menanam, ibu-ibu pesisir setempat juga memamerkan olahan makanan berbahan dasar mangrove.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Penanaman itu merupakan inisiasi bersama antara Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), Yayasan Bonebula, dan kelompok ibu-ibu. Sebanyak 3.000 bibit mangrove ditanam di lokasi seluas 1 haktare di Kelurahan Tanjung Batu, Donggala.
Menariknya yang menanam tanaman pelindung pesisir tersebut adalah siswa-siswi sekolah dasar setempat. Mereka juga diberikan pengetahuan tentang fungsi mangrove bagi ekosistem laut termasuk manfaatnya sebagai benteng hijau peredam gelombang. pengetahuan mitigasi alami itu diberikan lantaran daerah tersebut pernah diterjang tsunami pada tahun 2018 lalu.
Di lokasi yang sama, kelompok ibu-ibu menunjukkan olahan makanan dan minuman berbahan dasar mangrove seperti bolu dan kopi yang punya potensi ekonomi.
"Walau berangkat dari mitigasi bencana, konservasi mangrove diharapkan memberi banyak manfaat lain terutama masyarakat sekitar," Manajer Program ekosistem kelautan Yayasan KEHATI, Toufik Alansar mengatakan, Selasa (26/7/2022).
Dengan mengetahui manfaat lain dari mangrove, kata Toufik, masyarakat sekitar dapat lebih berperan dalam upaya konservasi mangrove.
Simak video pilihan berikut ini:
Menciptakan Ketangguhan Masyarakat Pesisir dengan Mangrove
Sementara itu, pegiat konservasi mangrove Donggala dan Direktur Yayasan Bonebula, Andi Anwar mengungkapkan pascabencana yang melanda daerah itu, intervensi dan aksi kolaborasi untuk membangun ketangguhan masyarakat pesisir dengan mangrove terasa penting. Apalagi beberapa desa di Donggala terbukti tidak terdampak parah akibat tsunami tahun 2018 karena punya kawasan mangrove.
"Tantangan terbesar dari rehabilitasi dan konservasi mangrove di sini adalah alih fungsi lahan baik oleh masyarakat maupun pemerintah," Kata Andi Anwar.
Menurutnya, area mangrove di kawasan Teluk Palu yang membentang dari Kota Palu hingga Donggala pascabencana sebanyak 98 persen ada di Donggala. Oleh karena itu, upaya konservasi penting dilakukan sebagai upaya perlindungan.
Rehabilitasi dan konservasi ekosistem pesisir sendiri, kata Anwar, sudah berjalan selama 2 tahun dengan pelibatan masyarakat sekitar.
"Sebelumnya, kami hanya tau mangrove sebagai tanaman air, tapi setelah mendapat pelatihan dan pendampingan kami bisa membuat banyak jenis makanan dan minuman dengan tanaman ini. Bahkan bisa dijual,” Rini (35), warga Desa Kabonga Kecil mengungkapkan.
Advertisement