Upaya Pelestarian Bahasa Ibu di IKN Nusantara, Bakal Ada Pelajaran Bahasa Paser di SD?

Seiring hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bahasa Paser yang menjadi bahasa ibu di Kabupaten PPU dan Paser tak mau tereliminasi. Untuk itu, diperlukan Perbup bahasa Paser untuk penetapan bahasa ibu di sekitar IKN Nusantara.

oleh Apriyanto diperbarui 11 Agu 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2022, 09:00 WIB
Bahasa Daerah
Saat ini dari 298 SD dan SMP di Kabupaten Paser baru 70 persen sekolah mengisi mata pelajaran dengan bahasa daerah. (Liputan6.com/istimewa)

Liputan6.com, Paser - Bahasa Paser menjadi bahasa ibu di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kabupaten Paser. Tak ingin tereliminasi seiring hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, diharapkan setiap SD dari dua daerah itu telah menerapkan pelajaran bahasa daerah dalam muatan lokal (Mulok).

Di Kabupaten PPU penerapan pelajaran bahasa Paser dalam mulok telah diajarkan di seluruh SD. Sementara untuk di Kabupaten Paser dari 222 SD, baru 70 persen di antaranya yang mengajarkan bahasa daerah.

Menyikapi hal itu Ketua Laskar Pertahanan Adat Paser (LPAP), Noviandra menyebut pembelajaran bahasa daerah sudah semestinya diajarkan di semua sekolah, khususnya SD. Terlebih, jika nantinya menjadi salah satu pelajaran di IKN Nusantara.

"Pasalnya nanti akan banyak perpindahan penduduk seiring berkembang IKN Nusantara. Otomatis bahasa daerah itu menjadi sebuah identitas. Apalagi (Bahasa Paser) masuk pelajaran di IKN, wah sangat luar biasa," ucap Noviandra, Selasa (9/8/2022).

Tidak semua SD mengisi mata pelajaran mulok dengan Bahasa Paser, dikarenakan saat ini dapat dikatakan belum wajib. Menurut Disdikbud Kabupaten Paser sampai sekarang tak ada ketetapan kurikulum maupun payung hukum yang mengatur, seperti Peraturan Bupati (Perbup) ataupun Peraturan Daerah (Perda).

"Kalau mau di Perbup-kan saja dulu, sambil ke depan menyusun draf Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) untuk menjadi Perda," ujarnya.

Sebelumnya, saat dilakukan pelatihan guru revitalisasi bahasa daerah di Kyrid Sadurengas Hotel, pihak LPAP ikut andil mengirimkan perwakilan. Diungkapkan Noviandra wacana ke depan bakal ada sekolah adat di sekretariat.

"Nanti di sekolah adat itu sudah pasti mengajarkan Bahasa Paser, permainan tradisional dan senjata khas Paser, seperti mandau bagaimana filosofinya. Ini salah satu bentuk upaya melestarikan budaya lokal kepada anak-anak," tuturnya.

Dirinya menuturkan untuk di wilayah selatan Kaltim ini banyak sub suku Paser. Di antaranya Paser Pematang, Paser Pembesi, Paser Telake, Paser Adang, Paser Migi, Paser Pemuken, Paser Bukit. Sehingga dalam keseharian seperti menyebut benda atau hal lainnya berbeda-beda penyebutannya.

"Seperti Paser Pematang menyebut pagi-pagi me'ma-me'ma, kalau Paser Telake pita-pita. Begitupun dengan kata rumah, di Paser Telake mengatakan belai, sedangkan Paser Pematang dengan kata lou," jelas Noviandra.

Bedah Kamus hingga Kongres Bahasa

Ia mengaku memiliki kamus Bahasa Paser. Hanya saja menurut Noviandra perlu dibedah. Noviandra mengungkapkan sebelumnya perihal hal tersebut pernah diusulkannya. Nantinya dalam membedah kamus tersebut juga akan mengundang perwakilan dari Kabupaten Penajam Paser Utara.

"Kita mau bedah dulu kamus itu, penulis (penyusun) kamus mengambil referensi dari mana. Memang saya punya wacana untuk mengundang tokoh-tokoh sub suku Paser. Nanti kita bedah dan itu pasti memerlukan waktu," tuturnya.

Dia mengatakan, tak menutup kemungkinan bakal dilakukan kongres bahasa. "Kita kumpulkan dulu tokoh-tokoh dari sub-sub suku Paser. Baru dilakukan kongres mempersamakan kosakata," tutup dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya