Liputan6.com, Kutai Barat - Gadis Dayak berjilbab ini bernama Della Fuspita. Akhir-akhir ini ia disibukkan dengan kegiatan kebudayaan dan parawisata di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Tentu saja karena Della didapuk menjadi Duta Wisata Kutai Barat.
Mayoritas penduduk Kabupaten Kutai Barat adalah masyarakat adat yang terdiri dari bermacam suku Dayak, bahasa, adat-istiadat serta kultur dan budayanya. Mayoritas suku kabupaten ini adalah suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq.
Advertisement
Menjadi duta wisata inilah menjadi tantangan Della untuk berkontribusi mempromosikan budaya dan parawisata Kutai Barat. Apalagi dalam proses seleksinya ada kompetisi. Inilah yang ingin dimanfaatkan oleh gadis Dayak ini.
Advertisement
Baca Juga
“Saya suka sekali bersosialisasi dan bertemu orang baru. Saya juga menambah pengalaman dan berkompetisi. Dengan ikut seleksi duta wisata ini saya punya peluang yang lebih dari orang lain,” ujar Della.
Menjadi duta wisata tidaklah mudah. Seorang duta wisata bukan hanya wakil dari budaya dan parawisata daerah yang diwakili, tapi ia harus memiliki pemahaman yang mumpuni tentang daerah yang ia wakili.
Gadis penyuka olahraga beladiri taekwondo ini ingin dengan berperan mengajak generasi muda mengenal dan melestarikan budaya tradisional yang mulai ditinggalkan.
“Sejak awal tujuan saya adalah menang. Apabila terpilih saya akan memanfaatkan nama saya untuk mengajak generasi muda Kubar mengenal budaya dan adat istiadat. Karena hari ini sudah asing dan ditinggalkan,” tambah Della.
Duta wisata adalah program pemerintah yang didorong untuk menjadi citra teladan generasi muda Indonesia yang dinamis, kreatif dan cerdas, juga menjadi ujung tombak Dinas Pariwisata dalam mempromosikan budaya dan kepariwisataan.
Simak video pilihan berikut:
Mempromosikan Kebudayaan dan Parawisata yang Eksotis Kutai Barat
Festival Sarut di Kecamatan Damai digelar pada 9 Agustus 2022 lalu. Della dengan precaya diri berjalan di panggung kemudian turun menysuri lorong antar kursi undangan yang hadir.
Pakaian serba merah menonjolkan Sarut pada sebagian sisi pakaiannya. Ulap Sarut adalah seni berpakaian Suku Dayak Benuaq, sukunya Della sendiri.
Ada rasa bangga dengan budaya yang masih dipegangnya. Tradisi berpakaian itu tak menghalangi aktivitasnya meski kini telah berhijab.
Della Fuspita berhasil menjadi juara dalam Pemilihan Duta Pariwisata dan Putri Pariwisata Kutai Barat 2022. Dalam grand final kontes ini ada sebanyak enam belas finalis yang bertarung menjadi duta wisata dan putri wisata.
Duta wisata diharapkan menjadi menjadi tempat orang mendapat informasi dan menjadi mitra pemerintah dalam mem-branding budaya dan parawisata, terlebih Kubar sendiri memiliki kekayaan wisata budaya dan wisata alam yang menjanjikan.
“Saya lihat generasi muda Kubar ini kurang memandang dan mengikuti kebudayaannya sendiri. Banyak yang gengsi. Saya harap dengan saya menjadi duta wisata ini bisa memberi dampak,” ujar Della.
Selama mengemban amanah sebagai duta wisata, Della membantu mempublikasi dan sosialiasi kegiatan budaya dan parawisata Kutai Barat.
Selain itu Della juga aktif mengeksplorasi kekayaan budaya dan alam yang ada di Kutai Barat untuk menggali, memperkenalkan hingga kemudian ikut aktif menghidupkan budaya dan pariwisata setempat.
Dari pengalaman inilah nanti akan dibawa ke pemilihan duta wisata tingkat provinsi bulan Oktober nanti. Duta wisata adalah ajang bakat yang dipilih berjenjang mulai dari level kabupaten kota berlanjut ke level provinsi kemudian berlanjut ke level nasional.
“Tujuan sekarang ini banyak mengeksplor ke banyak tempat untuk mengumpulkan bekal yang banyak,” ujarnya semangat.
Advertisement
Berjilbab di Tengah Suku Dayak
Suku Dayak adalah suku asli Pulau Kalimantan. Suku ini memiliki 405 sub sub suku yang masing-masing memiliki adat istiadat dan budaya yang mirip.
Menurut sejarah, suku Dayak pernah mendirikan kerajaan sebelum akhirnya dihancurkan oleh Majapahit. Peristiwa tersebut membuat masyarakat Dayak terpencar dan terdesak. Sebagian besar masuk Islam dan mengubah identitasnya menjadi orang “Melayu” atau orang “Banjar”.
Dan sebagian yang tidak masuk Islam kembali menyusuri sungai, lalu masuk ke pedalaman Kalimantan. Kini agama Kristen Protestan dan Katolik dipeluk oleh sebagian besar Suku Dayak yang tersisa ini.
Oleh karena itu bagi Della yang berjilbab menjadi duta wisata yang mewakili suku Dayak menjadi tantangan tersendiri.
“Saya sempat minder. Apalagi mayoritas adalah orang Dayak non-muslim. Jadi rasanya saya punya hambatan disini,” ujarnya.
Namun Della fokus untuk membuktikan kelebihannya semaksimal mungkin. Sehingga hambatan yang sempat menjadi perhatiannya itu tertutupi oleh keunggulan dan prestasinya.
Menurutnya pemilihan duta wisata adalah memilih putra-putri asli daerah terbaik. Karena duta wisata dipilih melalui kompetisi dengan penilaian berdasarkan prestasi dan keunggulan diri yang dinilai oleh parameter yang telah ditentukan.
“Memang ada beberapa omongan. Kenapa kamu sudah bagus banget tapi berjilbab. Alhamdulillah tetap menang dan hambatan itu bisa dilalului,” ujar Della.
Dalam sejarah duta wisata Kabupaten Kutai Barat Della adalah pemudi kedua berhijab yang mewakili daerah itu. Bagi Della hijab bukan halangan untuk mempromosikan keindahan kebudayaan dan parawisata di Kutai Barat yang identik dengan suku Dayak ini.
Toleransi dalam Keluarga
Suku Dayak mempunyai kebudayaan yang beragam dan merupakan suku yang menghargai perbedaan. Selain menghargai perbedaan, suku Dayak juga menghargai etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Begitulah yang dirasakan Della saat mengikuti kegiatan upacara atau ritual adat selama menjadi duta wisata. Sebagai seorang muslimah yang berhijab ia diterima dan disambut sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Misal, soal makanan yang selalu disiapkan makanan yang halal.
“Mungkin ketika ada acara ritual adat sempat was-was makanannya. Tapi mereka sudah saling mengerti,” cerita Della.
Gadis berusia 18 tahun ini hidup dalam keluarga besar yang beragam keyakinan. Ibunya adalah minoritas yang menjadi muallaf saat remaja mengikuti orang tua angkatnya yang menjadi muallaf.
Della bercerita bahwa keluarga besarnya adalah suku Dayak asli yang berbeda keyakinan agamanya. Namun itu sama sekali tidak membuat mereka berjarak.
“Dalam keluarga besar kami sangar bertoleransi. Jadi acara besar kami ada dua yaitu lebaran dan natal. Dalam keluarga besar saling mengundang dan saling mengerti larangan masing-masing,“ tambah Della.
Dalam keluarga besar Della pun masih menghidupkan ritual-ritual adat. Misal di Kampung Eheng yang menghidupkan upacara dan ritual Belian, ritual adat beberapa suku Dayak yang masih eksis sampai sekarang.
Ritual Belian merupakan salah satu upacara adat tujuan mengobati orang sakit, membantu perempuan hamil yang sulit melahirkan, mengobati Kemantan, menolak wabah, dan untuk maksud-maksud lainnya yang terkait keberadaan masyarakat adat tersebut.
Della memiliki banyak prestasi seperti wakil Forum Anak Kutai Barat, penari Kolosal Kabupaten Kutai Barat 2018 dan pembicara dalam penyampaian Suara Anak Kutai Barat 2019.
Advertisement