Atasi Kekurangan Guru, Beri Beasiswa untuk Pendidik Desa Terpencil

PT Bharinto Ekatama mengatasi kekurangan guru di daerah terpencil Kabupaten Kutai Barat dengan meluncurkan program beasiswa pendidikan tinggi bersama Universitas Terbuka, menargetkan guru dan masyarakat lokal untuk meningkatkan kompetensi dan memastikan mereka mengajar di wilayah binaan setelah lulus.

oleh Abdul Jalil Diperbarui 23 Mar 2025, 02:40 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 02:40 WIB
Guru Desa Terpencil
PT Bharinto Ekatama mengatasi kekurangan guru di daerah terpencil dengan meluncurkan program beasiswa pendidikan tinggi bersama Universitas Terbuka, menargetkan peningkatan kompetensi guru dan masyarakat binaan di wilayah operasional perusahaan.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kekurangan tenaga pendidik di daerah terpencil masih menjadi masalah serius yang menghambat akses pendidikan berkualitas di Indonesia. Banyak sekolah, terutama di wilayah seperti Kampung Besiq, Kampung Bermai, dan Kampung Muara Bunyut, di Kabupaten Kutai Barat kesulitan mendapatkan guru yang memenuhi kualifikasi formal karena minimnya minat tenaga pendidik untuk bertugas di lokasi terisolasi.

Menyadari kondisi itu, PT Bharinto Ekatama (BEK), meluncurkan program beasiswa pendidikan tinggi untuk meningkatkan kompetensi guru dan masyarakat binaan di wilayah operasional mereka.

Community Development Head PT Bharinto Ekatama, Kristinawati menjelaskan, sebelum meluncurkan program ini, pihaknya melakukan pemetaan kebutuhan guru di daerah binaan.

“Kami menemukan bahwa banyak guru, terutama di tingkat PAUD dan SD, hanya berijazah SMA. Mereka sulit mengejar status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) karena persyaratan minimal S1, sementara program Pegawai Tidak Tetap (PTT) juga sudah hampir dihapuskan,” ungkapnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, BEK menjalin kerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) yang menawarkan sistem pembelajaran daring, cocok untuk kondisi geografis dan keterbatasan akses di daerah binaan.

“Kami melihat ada peluang di UT, apalagi beberapa guru kami sudah kuliah di sana sebelumnya. Akhirnya, kami membuat MoU untuk memberikan beasiswa kepada guru dan masyarakat binaan,” tambah Kristinawati.

Program ini menargetkan 13 penerima beasiswa, dengan rincian empat guru SD, lima guru TK/PAUD, satu guru SMP, dan tiga masyarakat umum yang terkait dengan BEK, seperti Liaison Community Officer (LCO) dan karyawan perusahaan.

“LCO adalah perwakilan kami di lapangan, yang mengkoordinasikan kegiatan seperti UMKM. Mereka juga kita dorong untuk meningkatkan kompetensi melalui pendidikan S1,” jelasnya.

Uniknya, program ini tidak hanya memberikan bantuan pendidikan, tetapi juga mengikat penerima beasiswa dengan pakta integritas.

“Mereka wajib mengajar di daerah binaan kami setelah lulus. Jika pindah, beasiswa akan diputus,” tegas Kristinawati.

Langkah ini diambil karena minimnya minat tenaga pendidik untuk mengajar di daerah terpencil seperti Besiq dan Bermai.

“Kami cari warga lokal yang bersedia mengajar di desanya sendiri, lalu kami kuliahkan,” lanjutnya.

Total ada empat sekolah yang menjadi fokus pembinaan BEK, meliputi PAUD, SD, dan SMP. Beasiswa yang diberikan mencakup seluruh biaya kuliah hingga lulus, termasuk biaya administrasi dan almamater.

“Mereka tinggal belajar. Kalau sampai mengulang karena nilai buruk, itu tanggung jawab mereka sendiri,” ujar Kristinawati.

Perusahaan pun menekankan pentingnya niat belajar dari para penerima beasiswa. Selain beasiswa, sebagian besar guru yang tergabung dalam program ini juga menerima honor bulanan dari BEK, berkisar antara Rp750 ribu hingga Rp800 ribu.

“Honor ini menjadi tambahan, karena kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan dana operasional sekolah. Pemerintah belum bisa menjangkau mereka sebagai PTT atau P3K,” paparnya.

Kristinawati berharap program ini tidak hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga membuka peluang mereka untuk menjadi P3K di masa depan.

“Mereka sudah lama mengajar, tapi jejak pendidikan S1 menjadi kendala. Kami ingin anak-anak di daerah ini mendapatkan pendidikan yang sesuai usia mereka, dari guru yang berkualitas,” tuturnya penuh harap.

Dengan pendekatan ini, BEK tidak hanya berkontribusi pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara sektor swasta dan akademik dapat membawa perubahan signifikan di daerah terpencil.

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya