Observatorium Bosscha, Bangunan yang Jadi Perbincangan Usai Film Pengabdi Setan 2

Observatorium Bosscha berada di Jalan Peneropongan Bintang Nomor 45, Lembang, Kecamatan. Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

oleh Tifani diperbarui 21 Sep 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2022, 19:00 WIB
Kubah di Observatorium Bosscha
Teleskop Zeiss milik Observatorium Bosscha disimpan di bangunan berkubah rancangan arsitek C. P. Wolf Schoemacher. (Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Bosscha atau Observatorium Bosscha menjadi salah satu bangunan ikonis bagi penggemar film "petualangan Sherina" yang populer di tahun 2000-an. Bangunan dengan bentuk unik ini kembali menjadi perbincangan setelah muncul di dalam film horror “Pengabdi Setan 2 Communion”.

Citra bangunan Bosscha berubah drastis menjadi menyeramkan di film garapan Joko Anwar ini. Dalam film horor Indonesia ini, Bosscha diceritakan sebagai tempat seorang jurnalis bernama Budiman menemukan sejumlah mayat korban penembakan misterius.

Observatorium Bosscha berada di Jalan Peneropongan Bintang Nomor 45, Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Tempat bersejarah ini adalah sebuah observatorium astronomi modern pertama di Asia Tenggara.

Gedung ini seringkali digunakan untuk pengamatan bulan sabit muda pada setiap bulannya. Tiap tahunnya, Bosscha jadi salah satu rujukan untuk penetapan hari-hari besar agama Islam seperti Hari Raya Idulfitri, Hari Raya Iduladha dan yang lainnya.

Dikutip dari berbagai sumber, nama Observatorium Bosscha diambil dari nama pemilik tanah sebuah kebun teh yakni Karel Albert Rudolf Bosscha. Karel merupakan tuan tanah kebuh teh Malabar di Jawa Barat.

Karel menyumbangkan uangnya untuk membangun gedung observatorium astronomi tersebut. Sebagai bentuk penghargaan untuk Karel atas dana yang ia berikan, namanya digunakan untuk menamai gedung observatorium tersebut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pembangunan 5 Tahun

Pembangunan Observatorium Boscha memakan waktu sekitar 5 tahun yakni 1923-1928. Setelah terbangun, Bosscha menerbitkan publikasi internasional pertama pada 1933.

Namun, observasi di Bosscha terpaksa berhenti ketika terjadi Perang Dunia II yang mengakibatkan kegiatan publikasi pun tertunda sejenak. Observatorium Boscha menjadi salah satu yang terdampak ketika Perang Dunia II.

Akibat Perang Dunia II gedung tersebut mengalami kerusakan sehingga harus dilakukan renovasi. Barulah setelah renovasi, akhirnya observatorium pun kembali normal beroperasi.

Usai perang dunia berakhir, pihak Perhimpunan Astronomi Hindia-Belanda menyerahkan Bosscha kepada Pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan itu terjadi pada 17 Oktober 1951 atau 6 tahun setelah Indonesia merdeka.

Kemudian seiring dengan berjalannnya waktu, Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada 1959. Alhasil Bosscha menjadi bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB saat ini yang fungsinya sebagai lembaga penelitian dan pendidikan astronomi di negeri ini.

Observatorium Bosscha resmi jadi objek vital nasional pada 2008. Dengan demikian tempat ini punya peran penting bagi kehidupan bangsa dan negara sehingga harus diamankan oleh pemerintah.

Selain itu, Bosscha pun masuk dalam benda cagar budaya yang ditetapkan pemerintah. Observatorium Bosscha ini terbuka untuk umum dan bisa dilakukan siang dan malam. Kunjungan siang berlangsung selama 70-90 menit.

Harga tiket masuk kawasan Observatorium Bosscha dibanderol mulai dari Rp15.000. Pengunjung akan mendapatkan penjelasan mengenai ilmu astronomi, melihat langsung Teleskop Refraktor Ganda Zeiss yang terkenal dan kesempatan untuk mengamati benda langit menggunakan teleskop.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya