Observatorium Bosscha Amati Hilal Syawal 1446 H pada 29 Maret 2025 dari Pagi hingga Bulan Terbenam

Kegiatan pengamatan bulan sabit oleh Observatorium Bosscha ditujukan untuk meneliti ambang visibilitas (kenampakan) bulan.

oleh Arie Nugraha Diperbarui 28 Mar 2025, 19:04 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2025, 18:59 WIB
peta Observatorium Bosscha ITB
Peta Ketinggian Bulan saat Matahari terbenam pada Sabtu, 29 Maret 2025. (sumber gambar: Observatorium Bosscha ITB)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) akan melakukan pengamatan penampakan sabit bulan yang tampak setelah Matahari terbenam yang dikenal sebagai hilal dari pagi hingga bulan terbenam di ufuk Barat pada Sabtu, 29 Maret 2025.

Menurut Peneliti Observatorium Bosscha ITB, Agus T P Jatmiko, kegiatan pengamatan bulan sabit oleh Observatorium Bosscha ditujukan untuk meneliti ambang visibilitas (kenampakan) bulan sebagai fungsi dari elongasi terhadap ketebalan sabit bulan, juga dalam rangka rukyatul hilal bulan Syawal 1446 H.

"Rukyatul hilal dilaksanakan mulai sore hari hingga Bulan terbenam. Tanggal 29 Maret 2025 juga bertepatan dengan tanggal 29 Ramadhan 1446 H. Sabit bulan yang tampak setelah Matahari terbenam pada tanggal tersebut dikenal sebagai hilal," terang Agus dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Kamis (27/3/2025).

Agus mengatakan pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan teleskop refraktor 106 mm, dilengkapi detektor kamera berbasis CMOS (Complementary Metal-Oxide Semiconductor).

Citra yang ditangkap oleh kamera kemudian diproses menggunakan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas tampilan sabit bulan.

"Perangkat lunak ini dikembangkan secara mandiri oleh peneliti di Observatorium Bosscha," ungkap Agus.

Agus menyebutkan data hilal Syawal 1446 H yang didapatkan dari hasil perhitungan peneliti Observatorium Bosscha, bahwa di Indonesia, bertepatan pada tanggal 29 Maret 2025 elongasi Bulan dan Matahari dalam geosentrik merentang antara 1,2 derajat - 1,6 derajat.

Sedangkan dalam toposentrik merentang antara 1,5 derajat - 2,6 derajat dan ketinggian Bulan merentang antara -3,5 derajat - -1,75 derajat.

"Tugas Observatorium Bosscha adalah menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal kepada unit pemerintah yang berwenang jika diperlukan sebagai masukan untuk sidang isbat," terang Agus.

Di Indonesia, pihak yang berwenang menentukan awal bulan Hijriah penting, seperti Syawal, adalah pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama Republik Indonesia dalam proses sidang isbat pada tanggal 29 Maret 2025.

Sebagai institusi pendidikan dan penelitian di bidang astronomi, Observatorium Bosscha-Institut Teknologi Bandung melaksanakan pengamatan bulan sabit muda pada hampir setiap bulan.

"Setiap tahunnya, Observatorium Bosscha menjadi salah satu rujukan untuk penetapan awal bulan Hijriah, termasuk Syawal, bagi Kementerian Agama Republik Indonesia dan masyarakat umum. Kali ini, Observatorium Bosscha akan menyelenggarakan rangkaian pengamatan bulan sabit yang merupakan penanda beralihnya bulan Ramadhan ke bulan Syawal 1446 H," ungkap Agus.

 

Perhitungan PP Persis Soal 1 Syawal 1446 H

Sebelumnya, pada 31 Januari 2025 lalu di Kota Bandung, Jawa Barat, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) dengan Ketua Umum PP PERSIS, Dr. KH. Jeje Zaenudin, M.Ag, serta Sekretaris Umum Dr. H. Haris Muslim, Lc., MA secara resmi menandatangani surat edaran penetapan awal bulan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah 1446 H berdasarkan perhitungan hisab imkan ru’yah oleh Dewan Hisab dan Rukyat PP PERSIS.

Awal Ramadhan 1446 H menurut salah satu ormas keagaaman di Indonesia itu ijtima akhir Sya’ban terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 07.44 WIB. Pada saat Maghrib, tinggi Bulan di Indonesia berkisar antara 3º 01’ hingga 4º 41’, dengan elongasi 4º 47’ hingga 6º 24’. Hilal sudah dapat terlihat secara hisab, sehingga 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Sedangkan untuk hari raya Idul Fitri 1446 H, ijtima akhir Ramadhan terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 17.57 WIB. Tinggi Bulan di Indonesia berkisar antara -3º 06’ hingga -0º 58’, dengan elongasi 1º 03’ hingga 1º 36’. Hilal belum bisa terlihat secara hisab, sehingga 1 Syawwal 1446 H (Idul Fitri) ditetapkan pada Senin, 31 Maret 2025.

Sementara untuk hari raya Idul Adha 1446 H, ijtima akhir Dzulqa’dah terjadi pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 10.02 WIB. Pada Maghrib, tinggi Bulan di Indonesia berkisar antara 0º 08’ hingga 3º 14’, dengan elongasi 5º 47’ hingga 7º 06’. Hilal sudah dapat terlihat secara hisab, sehingga 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025, dan Idul Adha 10 Dzulhijjah jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025.

Keputusan ini juga telah ditembuskan kepada berbagai pihak, termasuk Menteri Agama RI, Tim Hisab dan Rukyat Kemenag RI, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya