Liputan6.com, Jakarta - Festival Indonesia Bertutur 2022 menampilkan cerita 20 Situs Cagar Budaya di seluruh Indonesia, salah satunya Candi Gunung Kawi. Candi ini terletak dekat Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Dari Kota Denpasar berjarak sekitar 40 km dengan jarak tempuh kendaraan sekitar 1 jam. Candi Gunung Kawi merupakan tempat persemayaman raja-raja Dinasti Warmadewa yang dikenal Dinasti Udayana.
Advertisement
Baca Juga
Candi yang berada di kaki Gunung Kawi ini tampak asri dan segar dengan pepohonan yang rimbun dan daerah persawahan yang menghijau serta germicik aliran sungai yang menenangkan suasana.
Komplek Candi Gunung Kawi memiliki 10 candi yang lokasinya tersebar. Sebanyak lima candi berada sisi timur Sungai Pakerisan, tepatnya bagian utama komplek Candi Gunung Kawi dan sisanya berada sisi barat sungai tersebut. Area candi di barat Sungai Pakerisan terbagi 2 lokasi, yakni sisi utara terdapat 4 candi dan sisi selatan terdapat 1 candi.
Nama Gunung Kawi berakar dari kata yang berarti gunung yang dipahat. Candi tersebut dibuat dari batu tebing di pegunungan dengan cara dipahat.
Candi Gunung Kawi memiliki prasasti sebagai penanda berdirinya candi tersebut, yakni Prasasti Batuan yang berangka tahun 944 Saka (1022 Masehi) dan Prasasti Tengkulak A yang berangka tahun 945 Saka (1023 Masehi) yang dibuat oleh Raja Marakata.
Kedua prasasti tersebut ditulis oleh peneliti bernama H.T. Damste pada tahun 1920. Selanjutnya, penelitian Candi Gunung Kawi dilanjutkan oleh peneliti bernama J. C. Krygsman sejak tahun 1951.
Leluhur Raja Bali dan Kadiri
Candi Gunung Kawi memiliki sejarah tua yang melahirkan Kerajaan Bali dan Kerajaan Kadiri. Sosok yang dipersemayamkan di Candi Gunung Kawi adalah Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa atau dikenal Raja Udayana dari Wangsa Warmadewa.
Raja Udayana, penguasa pulau Bali memiliki istri berasal dari Pulau Jawa bernama Mahendradatta yang gelarnya Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni. Pernikahan Raja Udayana dan permaisurinya menurunkan tiga anak bernama Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.
Ketiga anak Raja Udayana menjadi seorang raja. Putra sulungnya, Airlangga meninggalkan pulau Bali kemudian menyusul kakeknya Mpu Sendok di Kerajaan Kadiri. Airlangga menggantikan kakeknya setelah wafat menjadi seorang raja di Kerajaan Kadiri. Raja Udayana wafat pada tahun 1011 M. Takhta Kerajaan Bali dilanjutkan oleh putra kedua, Marakarta menjadi seorang raja. Raja Marakarta ini yang membangun Candi Gunung Kawi sebagai tempat pemujaan arwah sang ayah Raja Udayana.
Selanjutnya, Kerajaan Bali dilanjutkan oleh Anak Wungsu sebagai adiknya Raja Marakarta.
Indonesia Bertutur 2022 sendiri berlangsung di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 7-11 September 2022. Event ini diinsiasi oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM) dan Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Indonesia Bertutur 2022 memamerkan 20 Cagar Budaya dengan melibatkan sekitar 900 pelaku budaya dan menampilkan lebih dari 100 karya. 900 pelaku budaya dan lebih dari 100 karya terkurasi.
Penulis: Aji PamungkasÂ