Penyakit 'Sapi Ngorok' Meluas di Kabupaten Kampar, Puluhan Kerbau Mati Mendadak

Penyakit Septicaemia epizootica atau sapi ngorok di Kabupaten Kampar meluas karena terjadi lagi puluhan kerbau mati mendadak.

oleh M Syukur diperbarui 27 Sep 2022, 23:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 23:00 WIB
Kerbau mati di kubangan karenya penyakit sapi ngorok di Kabupaten Kampar.
Kerbau mati di kubangan karenya penyakit sapi ngorok di Kabupaten Kampar. (Liputan6.com/Instagram @seputarkampar)

Liputan6.com, Pekanbaru - Penyakit Septicaemia epizootica atau sapi ngorok di Kabupaten Kampar meluas. Dari awalnya yang ditemukan di Kecamatan XIII Koto Kampar, penyakit yang menyebabkan kerbau mati dengan cepat ini ditemukan di Kecamatan Tambang dan Kecamatan Kampa.

Video kerbau mati mendadak diduga karena penyakit sapi ngorok di dua kecamatan tersebut sudah beredar di media sosial. Video itu memperlihatkan puluhan kerbau mati di kubangan serta kebun sawit.

Dalam video itu, kerbau mati mengeluarkan darah dari mulut. Kerbau yang mati terlihat gemuk sehingga diduga tidak ada penyakit lainnya yang diidapnya selain sapi ngorok.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan di Dinas Peternakan Provinsi Riau, Faralinda Sari, membenarkan adanya temuan sapi ngorok di dua kecamatan tersebut. Hanya saja dia mengaku belum mendapatkan data pasti.

"Saya masih menunggu informasi dari Kabupaten Kampar," kata Faralinda, Senin siang, 26 September 2022.

Menurut Faralinda, meluasnya penyakit ini karena dugaan perpindahan kerbau dari kecamatan sebelumnya ke kecamatan lain. Pasalnya di Kecamatan XIII Koto Kampar ada aksi jual beli secara besar-besaran setelah kasus sapi ngorok memakan korban.

"Kerbau dijual dengan harga murah dan dibawa ke beberapa lokasi, ini yang diduga menjadi penyebab," ujar Faralinda.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harus Vaksin

Untuk mencegah penyakit ini meluas, tambah Faralinda, salah satu jalannya adalah vaksinasi. Hanya saja, peternak di Riau masih rendah keinginan untuk memberikan vaksin kepada ternak.

Salah satu alasan rendahnya keinginan vaksin karena penyakit seperti ini terbilang jarang. Padahal, ketika mewabah, tingkat kematiannya terhadap ternak sebesar 90 persen.

"Penyakit seperti ini berpotensi terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi dan Rokan Hulu, di sana banyak kerbau," jelas Faralinda.

Sebagai antisipasi tidak menyebar, Faralinda mengimbau peternak membuat kandang untuk ternak. Peternak diimbau tidak melepaskan kerbau dan sapi di padang rumput.

"Potensi penularan di padang rumput sangat besar," tegas Faralinda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya