Liputan6.com, Jakarta - Pahlawan revolusi Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono atau biasa dikenal MT Haryono merupakan salah satu tokoh yang terbunuh saat peristiwa G30S PKI.
MT Haryono lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924. Kemudian, ia meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, tepatnya berusia 41 tahun.
Semasa kecilnya, MT Haryono hidup sebagai putera seorang jaksa di Sidoarjo. Ia mengawali pendidikannya dengan masuk sekolah dasar di HIS (Hollands Inlandsche School) dan dijuluki sebagai pemimpin “Si Kepala Macan” karena wataknya yang keras.
Advertisement
MT Haryono merupakan tokoh yang berpendidikan. Ia sempat belajar di Ika Dai Gakko yang merupakan perguruan tinggi kedokteran, karena memang ingin menjadi dokter. Baru 3 tahun lamanya MT Haryono belajar di sana, tiba-tiba Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Dari sanalah, MT Haryono mulai mengawali karir dalam bidang militer. Ia merasa sebagai pemuda Ika Dai Gakko harus berada di garda terdepan dan menceburkan diri dalam kancah perjuangan militer.
Kesederhanaan
MT Haryono selama perjuangannya tidak sempat memikirkan tentang hal pernikahan. Namun, saat itu ia telah menjatuhkan pilihannya kepada Mariatni untuk membangun rumah tangga yang diidam-idamkan.
Wataknya yang sederhana dan berhati-hati ditambah dengan jalan pikirannya yang praktis tidak membiarkan keluarganya hanyut dalam arus kemewahan yang waktu itu melanda kehidupan orang yang ingin disebutnya "kelas atas".
Keluarganya tetap hidup sederhana, terlihat dari rumahnya di Jakarta yang tidak mencerminkan rumah orang "kelas atas" maupun seorang yang bermandikan kemewahan yang luar biasa.
Ia dikarunia 5 orang anak (Bob Haryanto, Haryanti Mirya, Rianto Nurhadi, Adri Prambanto, dan Endah Marina). Pasalnya, MT Haryono seorang yang pendiam, tetapi bukan berarti bahwa ia bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anaknya.
Untuk menjaga keselamatan keluarga terutama anak-anaknya, MT Haryono tidak pernah membawa senjata pulang dan menaruhnya di rumah. Sifat berhati-hati inilah yang tidak pernah ditinggalkan oleh seorang pahlawan revolusi bernama MT Haryono.