Afrika dari Jawa, Ini Pesona Taman Nasional Baluran yang Berawal dari Penemuan Pemburu Belanda

Menurut sejarahnya, taman nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah tersebut, yakni Gunung Baluran

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Nov 2022, 03:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 03:00 WIB
Taman Nasional Baluran
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Situbondo - Taman Nasional Baluran merupakan salah satu destinasi wisata yang berlokasi di Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Karena menjadi kawasan khusus yang digunakan untuk melindungi berbagai macam ekosistem flora dan fauna, membuat lokasi ini dijuluki 'Little Africa in Java' atau 'Africa van Java'.

Julukan tersebut juga merujuk pada pemandangan musim kemarau di Taman Nasional Baluran yang menyerupai padang savana di Afrika. Destinasi wisata ini memungkinkan pengunjung melihat banyak satwa yang lalu-lalang di jalanan.

Mengutip dari 'Savana Taman Nasional Baluran' oleh M. Yusuf Sabarno, keadaan iklim dan geografi Taman Nasional Baluran memang mendukung terbentuknya savana, sehingga dapat dikatakan sebagai replika dari savana-savana di Afrika. Savana merupakan padang rumput dan semak yang terpencar di antara rerumputan sekaligus merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang rumput.

Menurut sejarahnya, taman nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah tersebut, yakni Gunung Baluran. Mengutip dari laman indonesia.go.id, destinasi wisata ini bermula pada 1928 yakni saat seorang pemburu asal Belanda, AH Loedeboer, yang melihat potensi Baluran menjadi kawasan bagi perlindungan satwa, khususnya jenis mamalia besar.

Kemudian pada 1930, Direktur Kebun Raya Bogor, KW Dammerman, mengusulkan agar kawasan Baluran dijadikan sebagai hutan lindung. Pada era kemerdekaan, Menteri Pertanian dan Agraria pun menetapkan kawasan tersebut sebagai suaka margasatwa, pada 11 Mei 1962.

Kawasan Baluran pun kemudian ditetapkan sebagai taman nasional. Penetapan itu disebut sebagai bentuk kepedulian bangsa terhadap pelestarian dunia pada 6 Maret 1980. Sementara itu, di taman nasional tersebut terdapat tipe vegatasi sabana, hutan mangrove, hutan musim hujan, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan sepanjang tahun (ever green).

Adapun situs hayati Taman Nasional Baluran Situbondo juga telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia. Penetapan itu dilakukan dalam sidang internasional Coordinating Council (ICC), Program MAB (Man and The Biospgere) Unesco ke-28 di Lima, Peru, pada 20 Maret 2016.

Mengutip dari laman resmi balurannationalpark.id, terdapat banyak lokasi obyek dan daya tarik wisata (ODTWA) di dalam Taman Nasional Baluran. Beberapa tempat wisata tersebut adalah pura, bangunan bersejarah, atraksi satwa liar, beberapa pantai dengan ombak yang cocok untuk surfing, pantai tempat peneluran penyu, terumbu karang, serta laguna yang dipenuhi burung migran pada musim-musim tertentu.

Taman Nasional Baluran juga menyediakan beberapa penginapan dan kantin untuk pengunjung yang ingin singgah lebih lama di sini. Pengunjung juga bisa berwisata ke Gua Jepang, Savana Bekol, Pantai Bama, dan hutan mangrove Bama.

(Resla Aknaita Chak)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya