Deretan Perlengkapan yang Harus Diwujudkan Manusia untuk Bertahan Hidup di Planet Mars

Lokakarya simulasi hidup Planet Mars yang diinisiasi Arcolabs dan VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) pada 3 sampai 6 Desember lalu secara daring ini memberi setitik pencerahan soal bagaimana jika manusia tinggal di Planet Mars.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2022, 21:42 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 21:36 WIB
Lokakarya Simulasi Hidup di Mars
Peserta lokakarya yang terseleksi mengikuti 4 hari kegiatan dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia terdiri dari 10 grup dan 11 karya yang masing-masing terdiri dari beberapa crew atau anggota. (Foto. Doc ARCOLABS)

Liputan6.com, Yogyakarta - Bagaimana jadinya jika manusia hidup di Planet Mars? Apa saja yang harus disiapkan agar manusia bisa bertahan di Planet Merah itu?

Lokakarya simulasi hidup Planet Mars yang diinisiasi Arcolabs dan VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) pada 3 sampai 6 Desember lalu secara daring ini memberi setitik pencerahan soal bagaimana jika manusia tinggal di Planet Mars.

Lokakarya bertajuk Are You Ready For The Mars Mission? (Apakah Kamu Siap untuk Misi ke Planet Mars?) ini diikuti 36 peserta terpilih yang terbagi ke dalam 13 grup. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga grup yang gugur.

Lalu, ada 10 grup dan 11 karya yang sukses merampungkan program dan kegiatan lokakarya ini sampai akhir. Mereka yang berhasil itu bakal menyerahkan karya paling lambat satu bulan setelah lokakarya pada 6 Januari 2013.

Menurut Venzha Christ pendiri VMARS sekaligus pendamping dalam lokakarya ini, dari berbagai grup yang mengikuti lokakarya simulasi hidup di Mars ini, tidak ada satu pun ide yang sama untuk dipresentasikan.

“Masing-masing peserta sangat kreatif dalam mengolah ide-idenya,” ujar Venzha Christ.

Pada hari pertama, peserta mendapatkan sesi orientasi untuk membantu mereka membangun sistem modul untuk kehidupan baru di Mars. Selama dua hari berikutnya, para peserta akan mewujudkan modul yang direncanakan untuk mencari solusi kehidupan di Mars dalam berbagai perspektif sains antariksa.

“Prosesnya dilakukan dalam kondisi isolasi, sebagai bagian dari misi Mars,” ucap Venzha.

Ada beberapa ide yang sangat penting sebagai dasar untuk manusia bisa bertahan hidup di Planet Mars. Pertama, bagaimana mengubah banyaknya kandungan karbondioksida atau CO2 yang ada di sana menjadi oksigen atau O2 yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas.

Kedua, bagaimana menjadikan Planet Mars sedikit demi sedikit menjadi hijau atau memiliki proses fotosintesis yaitu dengan proses terraforming.

Lantas, apa saja barang dan peralatan yang dibuat oleh peserta lokakarya simulasi hidup di Mars? Karya peserta beragam. Ada yang mendesain pakaian luar angkasa atau space suit untuk kegiatan EVA (Extra Vehicular Activity), rover atau wahana angkut di Planet Mars, green lab atau tempat untuk bercocok tanam, space farming atau modul untuk proses dan kegiatan menanam tumbuhan di Planet Mars, space architecture atau metode alternatif untuk membangun konstruksi bangunan fisik, merancang robot sebagai hewan peliharaan, dan sebagainya.

Modul final dipresentasikan di akhir lokakarya dan dipamerkan dalam Indonesia UFO Festival 2023 di Yogyakarta.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mars Sudah Lama Jadi Objek Penelitian

Lokakarya Simulasi Hidup di Mars
Peserta lokakarya yang terseleksi mengikuti 4 hari kegiatan dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia yang masing-masing terdiri dari beberapa crew atau anggota. (Foto. Doc ARCOLABS)

Venzha Christ berpendapat Mars telah lama menjadi objek penelitian untuk habitat manusia setelah bumi. Namun, ada banyak kendala yang menghalangi kolonisasi manusia  di Mars, termasuk tingkat oksigen yang rendah.

“Tapi saya berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik dan sains. Program eksploratif seperti rangkaian kuliah dan lokakarya ini dapat membuka dialog tentang misi menuju Planet Mars, dan saya berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta,” kata Venzha.

Kegiatan lokakarya ini merupakan rangkaian kuliah umum bertajuk Art & Universe yang merupakan kolaborasi Korea Foundation bersama dengan Arcolabs dan VMARS. Selain Venzha Christ hadir pula Ayoung Kim, seniman dari Korea Selatan yang mempresentasikan gagasannya tentang dunia alternatif berdasarkan lingkungan sekitarnya.

Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo menilai Korea Foundation selalu berusaha terlibat dalam kolaborasi seni dan budaya yang bermakna.

“Kantor kami di Jakarta, yang didirikan pada 2019, berharap dapat mengembangkan program-program yang membangkitkan pemikiran dan relevan yang dapat membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan,” tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya