Nadiem: Toleransi di Sulut Sejalan dengan Upaya Memerangi 3 Dosa Besar Pendidikan

Dalam sambutannya, Nadiem Anwar Makarim mengaku bangga dengan capaian Sulut dalam hal toleransi. Di tahun 2021, Sulut bahkan mencapai peringkat 3 nasional dalam survey indeks kerukunan umat beragama.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Jan 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2023, 02:00 WIB
Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim foto bersama usai perayaan Natal di kampus Unima di Tondano, Minahasa, Sulut.
Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim foto bersama usai perayaan Natal di kampus Unima di Tondano, Minahasa, Sulut.

Liputan6.com, Minahasa - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Perayaan Natal di kampus Universitas Negeri Manado (Unima) di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulut.

Perayaan Natal yang digelar pada, Jumat (6/1/2022), dihadiri Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim, Gubernur Sulut Olly Dondokambey, serta sejumlah pimpinan universitas di Indonesia Timur.

Dalam sambutannya, Nadiem Anwar Makarim mengaku bangga dengan capaian Sulut dalam hal toleransi. Di tahun 2021, Sulut bahkan mencapai peringkat 3 nasional dalam survey indeks kerukunan umat beragama.

“Apa yang terjadi di Sulut yang terkenal dengan toleransinya, ini sejalan dengan salah satu prioritas kami yaitu memerangi tiga dosa besar pendidikan,” Nadiem.

Mendikbudristek memaparkan, tiga dosa besar pendidikan yaitu intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual. Sebelumnya, intoleransi bukan isu yang penting di bidang pendidikan.

“Padahal mengalami diskriminasi terkait dengan intoleransi itu berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Apalagi terjadi dalam waktu yang lama,” papar Nadiem.

Dia mengatakan, sebagai bangsa yang besar dan kaya akan keberagaman budaya, harus bergotong royong untuk melawan intoleransi. Karena hal itu terkait erat dengan sektor pendidikan.

“Ini harus kita lakukan demi terwujudnya satuan pendidikan yang aman, nyaman, inklusi, serta bebas dari diskriminasi dan kekerasan,” ujarnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Keberagaman di Sulut

Nadiem mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memasukan dalam survei nasionalnya ada muatan mengenai intoleransi, kekerasan sesk dan perundungan.

“Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia,” ujarnya.

Di tahun 2022, berbagai kegiatan sosialisasi terkait keberagaman gencar dilakukan yang sudah mencakup 35 ribu guru dan siswa. Kepala sekolah di Indonesia mendapat pendidikan yang berbasis pada semua nilai Pancasila.

“Hasilnya adalah ada peningkatan indeks toleransi di 14 kabupaten dan kota di Indonesia,” ujarnya.

Nadiem mengaku baru pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Sulut khususnya di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Namun dia mengaku kagum dengan keberagaman dan toleransi di Sulut.

“Saya merasakan kebhinekaan bukan hanya satu fitur, tetapi sebuah kekuatan. Masyarakat Sulut ini benar-benar mencintai keberagaman, bukan hanya toleransi keberagaman,” ujarnya.

Mendikbudristek berharap, Sulut menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia terkait dengan keberagaman dan toleransi.

“Menjadi model pendidikan yang inklusi di tengah keberagaman dan Bhhineka Tunggal Ika,” ujarnya.

Perayaan Natal Korpri Kemendikbudristek ini digelar di Kampus Unima, sedangkan yang menjadi panitia pelaksana adalah Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya