Liputan6.com, Yogyakarta Setiap 1 Maret, masyarakat Indonesia, terutama Yogyakarta memperingati insiden Serangan Umum 1 Maret 1949 dan juga Hari Penegakan Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Untuk itu, tim ansambel tiup Yogyakarta Royal Orchestra di bawah naungan Kawedanan Kridha Mardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Pentas Musikan Mandalasana.
KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa, divisi yang bertanggung jawab dalam pelestarian, pendidikan, dan pengembangan seni budaya di Keraton Yogyakarta mengatakan, pentas Musikan Mandalasana yang digelar pada pukul 09.00 WIB di Kagungan Dalem Bangsal Mandalasana ini, menampilkan lagu-lagu bertema perjuangan dan kebangsaan, serta beberapa lagu bernuansa Yogyakarta seperti: Hymne Serangan Umum 1 Maret; Sepasang Mata Bola; Yogyakarta; dan Jogja Istimewa.
"Sejauh ini setiap kali menggelar Pentas Musikan Mandalasana atau Konser Yogyakarta Royal Orchestra yang memperingati peristiwa Serangan Umum 1 Maret, kami banyak mengeksplor repertoar bertema perjuangan dan kebangsaan," KPH Notonegoro menjelaskan.
Advertisement
Tahun ini, kami ingin mengeksplor lebih jauh lagu-lagu yang bernuansa Yogyakarta, karena peristiwa Serangan Umum ini kan terjadinya di Yogyakarta. Sehingga masuklah lagu Sepasang Mata Bola; Yogyakarta; dan terakhir Jogja Istimewa karya Jogja Hiphop Foundation," dia menambahkan.
Notonegoro mengatakan kali ini pihak Keraton Yogyakarta menggandeng sejumlah musisi Yogyakarta untuk turut bergabung dalam Pentas Musikan Mandalasana: Peringatan Serangan Umum 1 Maret seperti, solois vokal Neni Nuraini, Brian Prasetyoadi, dan grup vokal Jogja Hiphop Foundation (JHF). Kolaborasi dengan Brian Prasetyoadi ini menjadi kali kedua sementara, dengan Jogja Hiphop Foundation menjadi kolaborasi yang pertama kali.
Baca Juga
"Sejujurnya, pertemuan antara tim ensambel tiup Yogyakarta Royal Orchestra dengan Jogja Hiphop Foundation ini memang kolaborasi yang cukup menantang. Kami pun baru pertama kali melakukannya, mempertemukan tim ensambel tiup yang biasanya bermain dengan gaya orkestra, atau malah ngladosi beksa di gending-gending Gati, dengan grup vokal bergenre hiphop, dan ini dilakukan di dalam keraton. Bisa dibilang eksperimen kali ini, kami pun juga sangat menantikan hasilnya. Semoga bisa diterima oleh semua kalangan," KPH Notonegoro memaparkan.
Notonegoro mengatakan masyarakat dapat menonton secara langsung di Bangsal Mandalasana di Kompleks Museum Kedhaton Keraton Yogyakarta dan dapat menonoton via kanal Youtube Kraton Jogja. Sebelum acara, diawali dengan iring-iringan (kirab) prajurit Keraton Yogyakarta yang membawa kanca Abdi Dalem Musikan yang tampil dari dalam Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju ke Bangsal Mandalasana.
"Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan langsung, monggo, sangat diperbolehkan. Cukup datang berwisata ke Museum Kedhaton Keraton Yogyakarta di jam 09.00, bisa ikut menyaksikan Pentas Musikan Mandalasana: Peringatan Serangan Umum 1 Maret. Kami harap pementasan kami bisa menjadi pemupuk semangat perjuangan bagi setiap orang yang menyaksikan, dan tentunya pengingat akan sejarah bagi generasi-generasi mendatang," ujar KPH Notonegoro.