Bukti Nyata Kerukunan Tionghoa dan Jawa dalam HUT ke-200 Tahun Kelenteng Hok Sian Kiong Mojokerto

Kirab ritual budaya ini melibatkan 52 kelenteng mulai dari Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, serta Singkawang Kalimantan Barat, dengan jumlah peserta 2.500 orang.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 14 Mei 2023, 14:52 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2023, 14:34 WIB
Kirab ritul budaya HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu
Kirab ritual budaya HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu.

Liputan6.com, Mojokerto - Yayasan Tri Dharma Hok Sian Kiong Kota Mojokerto, menggelar serangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM (Yang Mulia) Macho Thiang Shang Sheng Mu (Dewi Laut).

Kegiatan tersebut digelar tanggal 11 sampai 14 Mei, mulai acara Wayang Kulit Wahyu Sandang Pangan, Bakti Sosial (Baksos), panggung hiburan dan lelang 10 kalung emas serta kirab ritual budaya yang diikuti sebanyak 52 peserta dari seluruh Indonesia.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari dan donatur yang dengan penuh suka cita membantu terselenggaranya rangkaian kegiatan ini dan kami juga mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyambutan," tutur Ketua Panitia HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu Kota Mojokerto, Suryanto (14/5/2023).

Ketua Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hok Sian Kiong Kota Mojokerto, Fendi Harianto (Ho Gofang) menuturkan, HUT ke-200 TITD Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thian Shang Sheng Mu tersebut digelar dengan sejumlah kegiatan.

"Rangkaian kegiatan dimulai tanggal 11 Mei, wayang kulit semalam suntuk dan sembayangan kepada Macho (YM Macho Thian Shang Sheng Mu). Dan ditutup dengan acara kirab ritual budaya pada hari Minggu ini," katanya.

Fendi mengatakan, kirab ritual budaya ini melibatkan 52 kelenteng mulai dari Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, serta Singkawang Kalimantan Barat, dengan jumlah peserta 2.500 orang.

"Peringatan 200 tahun ini yang terbesar dalam sejarah. Dalam kirab ini ada penampilan liong-liong dan barongsai. Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dari Pemkot Mojokerto, TNI, Polri dan semua pihak terkait," ucapnya.

Fendi menjelaskan, persiapan rangkaian kegiatan selama empat hari ini hanya dilakukan tiga bulan. Harapan dari acara ini adalah memperat persatuan dan kesatuan serta membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Mojokerto pasca pandemi.

"Acara ini melibatkan banyak UMKM, hotel sudah berakhir penuh di Kota Mojokerto, sampai ada yang bermalam di Jombang, rumah makan juga sudah ramai. Pesertanya memang 2.500 orang, tapi yang datang hampir 5.000 orang dari kalangan masyarakat umum maupun keluarga peserta," ujarnya.

Fendi menyampaikan, sejumlah restoran dan UMKM di Kota Mojokerto juga bergeliat karena banyak masyarakat dan peserta yang datang. Sehingga dengan rangkaian kegiatan selama empat hari tersebut diharapkan bisa membangkitkan perekonomian khususnya di Kota Mojokerto pasca pandemi Covid-19.

"Harapan kami, melalui event kirab ritual dan budaya ini bisa menggerakkan roda perekonomian, utamanya untuk wilayah Kota Mojokerto. UMKM, restoran, hotel dan lainnya," tuturnya.

Sementara itu, Ketua TITD Indonesia, Liem Hwat Hok menambahkan, kirab ritual dan budaya ini bertujuan supaya daerah pertanian yang menjadi rute kirab YM Macho Thiang Shang Sheng Mu menjadi subur.

"Macho dikirab tujuannya agar daerah pertanian subur sehingga rakyat lebih sejahtera dan Kota Mojokerto Gemah Ripah Loh Jinawi," katanya.

 

Lelang 10 kalung emas HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu Kota Mojokerto
Lelang 10 kalung emas HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu Kota Mojokerto.

Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari mengungkapkan, rangkaian kegiatan HUT ke-200 tahun Kelenteng Hok Sian Kiong dan HUT ke-1.063 YM Macho Thiang Shang Sheng Mu ini dilakukan dengan penuh kebahagiaan karena bisa saling bertatap muka, bersua, dan silaturahmi dengan 52 kelenteng yang ada di Indonesia.

"Kita tidak berbeda, tapi kita satu anak bangsa kesatuan Indonesia. Jas merah, kelenteng ini didirikan megah selama 200 tahun," ungkapnya.

Semua yang hadir di Kelenteng Hok Sian Kiong, lanjut Wali Kota perempuan pertama di Kota Mojokerto ini, ikut menyaksikan kemegahan kelenteng. "Kelenteng ini merupakan bukti historis, 200 tahun lalu terjadi akulturasi budaya di Kota Mojokerto. Terjadi penyatuhan antara budaya Tionghoa dan Jawa," ucapnya.

Wali Kota yang akrab disapa Neng Ita ini menegaskan, 200 tahun yang lalu, masyarakat di Kota Mojokerto hidup berdampingan dan bisa terjaga hingga saat ini.

"Abad 13 akhir atau awal 14 yakni 800 tahun lalu, Mojokerto pusat Kerajaan Majapahit yang menyatuhkan berbagai banyak kerajaan yang menjadi satu cikal bakal Nusantara dan NKRI. Kebanggaan kita bahwa di Mojokerto, 800 lalu menjadi pusat penyatuhan," ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya