Balasan Setimpal untuk Bapak dan Anak yang Tega Keroyok Pria Difabel di Pangkep

Usai dikeroyok, wara Kabupaten Pangkep, Sulsel ini polisikan tetangganya

oleh Ahmad Yusran diperbarui 22 Mei 2023, 01:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2023, 01:00 WIB
Ambo Tuo, warga Pangkep Polisikan tetangganya usai dikeroyok (Liputan6.com/ Ahmad Yusran)
Ambo Tuo, warga Pangkep Polisikan tetangganya usai dikeroyok (Liputan6.com/ Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Pangkep - Ambo Tuo (45) warga Pulau Kulambing, Desa Marttiro Uleng, Kecamatan Tuppabiring Utara, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan mempolisikan tetangganyabuntut dari penganiayaan yang dialaminya.

Akibat penganiayaan tersebut, dia luka serius pada tubuhnya yang memang sudah cacat di bagian betis kanan. 

Peristiwa nahas itu terjadi ketika korban yang kesehariannya motoris kapal tempel antar-pulau di Kabupaten Pangkep tiba-tiba dipukul secara bertubi-tubi oleh Hamzah alias Messa (Anak) dan Hattabe (Bapak) disertai tendangan hingga tubuh Ambo Tuo jatuh terpental di bibir dermaga Muara Sungai Pangkajene Kepulauan, Rabu 10 Mei 2023, pukul 11.00 WITA. 

Ambo Tuo menjadi bulan-bulanan terduga pelaku. Dia diterjang oleh pukulan dan tendangan saat itu.

Dia sedikit pun tak melawan lantaran tak berdaya oleh aksi brutal tetangganya. Bahkan pria kelahiran 1 Juli 1978 yang bertepatan dengan Hari Bhayangkara itu mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian agar kedua pelaku sadar akan tanggungjawabnya telah melakukan tindak pidana penganiayaan. 

"Awalnya tangan kanan saya dipegangnya, lalu tangan kanan (Hamzah) memukul keras pipi kiri saya secara berulang. Selain bengkak, betis kanan saya juga bengkak oleh tendangan bapaknya (Hattabe) yang juga ikut membantu menganiaya saya saat itu. Alasannya ia emosi karena soal rezeki muatan isi kapal," kata Ambo Tuo kepada Liputan6.com di Pulau Kulambing, Minggu, 21 Mei 2023.

Sementara itu Amal Amir (19) warga Desa Marttiro Uleng mengaku, Hamzah alias Messa yang menganiaya Ambo Tuo perangainya memang buruk dan dikenal "bertangan panjang" di kampung halamannya di Pulau Kulambing. 

"Saat kejadian memang ramai ditonton warga, saat itu posisi saya dari tempat kejadian perkara sekitar 40 meter dari tempat kejadian perkara yang oleh warga muara sungai Pangkep menyebut lokasi itu halte Pangkep," Amal Amir menjelaskan. 

Lebih lanjut, Amal tidak menyangka jika korban yang dianiaya itu adalah Pak Ambo Tuo yang dikeroyok oleh dua orang yang tak lain adalah Hattabe dan anaknya Hamzah alias Messa.

"Warga Pulau Kulambing dan pulau lainnya di Kabupaten Pangkep semua tahu kalau Pak Ambo Tuo itu cacat (difabel-red) dan sosoknya sangat bersahaja. Makanya warga kampung di pulau kaget dan jadi emosi oleh aksi pengeroyokan bapak dan anak terhadap Ambo Tuo. 

"Biarlah pihak kepolisian yang bekerja karena hasil visum juga sudah diserahkan. Karena yang kami tahu bahwa keluarga besar pak Ambo Tuo tidak terima diperlakukan seperti itu. Kami tak terima bapak kami dikeroyok begitu," Amal Amir memungkasi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya