Harga Tomat di Gorontalo Anjlok Jadi Rp 1.000 per Kg, Petani Gigit Jari

Puncak panen tomat membuat pasokannya melimpah yang mengakibatkan harganya turun drastis.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 21 Sep 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 02:00 WIB
Tomat Gorontalo
Harga tomat di pasar tradisional Gorontalo anjlok (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Sejumlah petani tomat di Provinsi Gorontalo dilanda kebingungan soal harga tomat di pasar tradisional. Pasalnya, Harga jual tomat di tingkat petani saat puncak panen kali ini tinggal dihargai Rp 1.000 per kilogram.

Padahal saat awal panen, harga tomat mencapai Rp 3.000 per kilogram. Para petani mengaku tidak tahu pasti penyebab anjloknya harga tersebut.

Namun dugaan mereka saat ini merupakan puncak panen tomat di semua daerah. Sehingga pasokannya melimpah yang mengakibatkan harganya turun drastis.

Buah tomat yang melimpah tidak hanya milik warga lokal Gorontalo. Saat ini, banyak sekali tomat dari luar daerah yang dijual di Provinsi Gorontalo.

Sehingga, hanya tomal lokal anjlok bahkan ada yang hanya dibagi-bagi secara gratis. Petani yang melakukan penan merasa rugi dengan keadaan seperti ini.

"Kalau dibilang tidak pulang modal, karena musim panen kali ini kami tidak mendapatkan apa-apa. Padahal banyak hasil panen kami," kata Udin Podungge, salah satu petani tomat di Gorontalo.

Udin mengaku, saat musim kemarau yang melanda Gorontalo, dia dengan giat memelihara tomat dengan cara melakukan penyiraman setiap hari. Berharap harga tomat naik, malah tidak sesuai dengan kenyataan.

"Bayangkan, musim panas saya jaga tomat saya agar tidak mati. Tapi saat panen, malah harganya tidak sesuai dengan apa yang kami keluarkan," ujarnya.

Dengan harga tomat yang tinggal Rp 1.000 per kilogram di tingkat petani. Para pedagang terpaksa menjual tomat ke pembeli dengan harga Rp 1.500 per kilogram saja.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harapan Petani Tomat

Mereka hanya mendapatkan keuntungan Rp500 per kilogramnya. Sementara, pengambilan buah tomat tersebut terbilang jauh. Mereka harus menggunakan alat transportasi darat yang juga membutuhkan BBM.

"Keuntungan hanya 500 rupiah, kalau dijual hanya impas dengan pengeluaran pulang pergi ke kebun petani," kata Iyam, salah satu pedagang rempah di pasar tradisional Gorontalo.

"Yah, mau tidak mau harus dijual, karena tomat tidak bisa disimpan lama karena keburu membusuk," tuturnya

Para petani tomat berharap, pemerintah Gorontalo membuat sebuah inovasi yang bisa menguntungkan petani tomat. Salah satunya dengan menggunakan pengolahan buah tomat.

Jika harga tomat anjlok, pemerintah siap dengan wadah pengolahan tomat menjadi bahan baku olahan pangan. Dengan wadah itulah, pemerintah juga didorong membuat perda tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) tanaman hortikultura termasuk buah tomat, agar harga tomat stabil dan petani tidak dirugikan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya