Dari Perawat Jadi Pahlawan Nasional, Ali Anyang Mampu Bikin Belanda Kewalahan

Tentara militer Belanda juga sempat mengumumkan sayembara untuk menangkap Ali Anyang.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Sep 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi tenaga medis/Unsplash Hush
Ilustrasi tenaga medis/Unsplash Hush

Liputan6.com, Pontianak - Ali Anyang merupakan sosok pejuang tangguh kebanggaan Indonesia pada masa perebutan kemerdekaan. Sebelum menjadi tentara pejuang, Ali Anyang merupakan seorang perawat.

Mengutip dari indonesia.go.id, putra Indonesia asal Kalimantan Barat ini mampu membuat tentara Belanda kewalahan. Bahkan, tentara militer Belanda juga sempat mengumumkan sayembara untuk menangkap Ali Anyang.

"Siapa pun yang berhasil menangkap Ali Anyang, hidup atau mati, akan diberikan imbalan uang sebesar 25.000 gulden," kata militer Belanda dalam sayembaranya.

Ali Anyang merupakan sosok pejuang yang pantang menyerah. Pemuda yang berprofesi sebagai perawat ini adalah putra asli keturunan suku Dayak, Kalimantan Barat.

Pemuda yang memiliki nama kecil Anjang (dibaca Anyang) ini lahir di Sintang, pada 20 Oktober 1920. Sejak usia 8 tahun, ia diadopsi oleh keluarga bangsawan asal Jawa yang bermukim di Kalimantan Barat, yaitu Raden Mas Suadi Djoyomihardjo.

Keluarga angkatnya adalah pemeluk Islam yang taat. Saat diadopsi, ia memeluk Islam dan berganti nama menjadi Mohammad Ali Anjang (Anyang).

Diadopsi oleh keluarga bangsawan membuat Ali Anyang menempuh sekolah bergengsi di Pontianak, Kalimantan Barat. Sekolahnya hanya khusus untuk anak-anak dari keluarga bangsawan, pejabat, dan pemerintah kolonial Belanda.

Memasuki masa pendidikan menengah atas, Ali Anyang bercita-cita ingin menjadi penolong medis. Ia kemudian disekolahkan ke Sekolah Juru Rawat Medis di Semarang, Jawa Tengah.

Setelah lulus Sekolah Juru Rawat dan resmi menjadi perawat medis, Ali Anyang sempat bekerja di Rumah Sakit Umum Semarang dan Rumah Sakit Umum Sui Jawi, Pontianak. Saat bekerja di Pontianak inilah semangat pergolakan Ali Anyang untuk melawan kolonial Belanda mulai muncul.

Ali Anyang kemudian aktif dalam pembentukan Panitia Penyongsong Republik Indonesia (PPRI), sebuah organisasi yang didirikan oleh para pemuda di seluruh Tanah Air untuk menyambut dan menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Nama Ali Anyang tercatat sebagai pembentuk dan pengurus PPRI Pontianak.

Perlawanan Ali Anyang bersama PPRI Pontianak pertama kali terjadi pada 12 November 1945. Saat itu, ia dan PPRI Pontianak menggempur markas dan gudang peluru Belanda.

Semangat Ali Anyang untuk bertempur melawan tentara Belanda tumbuh saat mengetahui pasukan militer Australia yang diboncengi NICA mendarat di Pontianak pada 29 September 1945. Saat itu, mereka langsung mengambil alih kekuasaan di Kalimantan Barat.

Dari seorang perawat, jiwa pejuang kemerdekaan pun tumbuh dan berkembang di dalam diri Ali Anyang. Jiwa tempurnya semakin bertambah saat didaulat menjadi Komandan Pasukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) Kalimantan Barat.

Selanjutnya, Ali Anyang mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia (BPI) Kalimantan Barat.Saat memimpin pasukan pejuang, Ali Anyang ditugaskan melakukan serangan ke tentara Belanda dan sekutunya di wilayah Pontianak, Mempawah, Singkawang, Sambas, dan Bengkayang.

Saat pertempuran di Bengkayang, Ali Anyang melakukan perlawanan mendadak yang berhasil mengejutkan tentara Belanda. Markas tentara Belanda di Bengkayang pun luluh lantak. Selanjutnya, Ali Anyang mampu mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh Bengkayang sekaligus menyanyikan lagu Indonesia Raya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya