Liputan6.com, Bandung - Es Laksamana Mengamuk saat ini tengah menjadi perhatian publik karena menjadi minuman yang disajikan dalam menu jamuan Presiden. Adapun jamuan tersebut disuguhkan ketika makan siang bersama para Calon Presiden (Capres) pada Senin (30/10/2033).
Es tersebut disajikan sebagai hidangan penutup yang disebut menyegarkan dan menjadi sajian manis di meja makan. Selain terlihat menyegarkan, sajian ini juga mempunyai nama yang unik dan menarik karena terdapat kata 'mengamuk'.
Melansir dari beberapa sumber, es laksamana mengamuk ternyata hadir dari konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga. Ada asal usul yang menarik untuk diketahui oleh banyak orang terutama untuk masyarakat Indonesia saat ini yang penasaran dengan sajiannya.
Advertisement
Es laksamana mengamuk biasanya disajikan sebagai minuman khas yang disajikan saat beberapa acara-acara besar. Diantaranya ketika acara perjamuan, berbuka puasa, dan perayaan besar lainnya yang dirayakan pada hari-hari tertentu.
Sajian ini juga bisa dinikmati ketika berkunjung ke Riau dan sering disajikan di berbagai rumah makan atau restoran khas Melayu. Minuman ini biasanya berisi buah kuweni dipadukan dengan santan dan gula merah yang bisa dinikmati sebagai hidangan penutup.
Asal Usul Es Laksamana Mengamuk
Melansir dari beberapa sumber es laksamana mengamuk merupakan sajian penutup yang mempunyai bahan utama buah kuweni. Buah tersebut adalah varian buah mangga yang mempunyai nama latin 'Mangifera odorata'.
Meskipun masuk varian buah mangga, tetapi karakteristik buah tersebut berbeda dengan mangga pada umumnya. Pasalnya, buah ini mempunyai tekstur lebih berserat daripada mangga.
Asal usulnya dari adanya konflik sebuah keluarga seorang laksamana yang mengamuk di perkebunan kuweni dan perkebunan tersebut merupakan milik seorang tuan tanah. Diketahui laksamana tersebut mengamuk lantaran istrinya dibawa lari oleh sang pemilik kebun.
Alhasil laksamana tersebut menebaskan pedangnya kepada seluruh penjuru hingga puluhan buahnya hancur oleh kemarahannya. Sementara itu, orang-orang sekitar mulai mengambil buah yang sudah tercincang di rumput tersebut.
Adapun orang-orang tersebut kebingungan akan diapakan buah tersebut karena merasa mubazir bilamana buahnya dibuang begitu saja. Akhirnya, seorang perempuan pun mencampurkan potongan buahnya dengan santan dan gula merah dan akhirnya minuman tersebut dinikmati seluruh kampung.
Advertisement