Liputan6.com, Yogyakarta - Jembatan Merah di Condongcatur, Sleman Yogyakarta ternyata selama ini memiliki cerita mistis. Jembatan yang saat ini tidak lagi difungsikan itu dikabarkan menjadi tempat kerajaan gaib alias sarang segala jenis hantu.
Dalam kurun beberapa tahun terakhir, Jembatan Merah yang terletak di Padukuhan Soropadan, Condongcatur itu tak bisa digunakan lantaran dalam kondisi rusak. Dikhawatirkan jika terus digunakan bakal memakan korban jiwa sebab runtuh atau lainnya.
Jembatan Merah itu biasanya menjadi akses penghubung masyarakat yang hendak ke arah Selokan Mataram, atau Pakuwon Mall. Namun karena rusak, Jembatan Merah resmi tak lagi difungsikan.
Advertisement
Beruntungnya, kini Pemerintah Kabupaten Sleman telah membuat jembatan baru di samping Jembatan Merah sebagai ganti jembatan rusak.
Baca Juga
Jembatan Merah memang sejak lama dikenal sebagai lokasi yang angker. Cerita mistisnya banyak terdengar di kalangan masyarakat sekitar, hingga mahasiswa.
Jembatan Merah menurut informasi telah dibangun sebelum tahun 1972 silam, pada tahun itu pula, jembatan sempat dibangun kembali lantaran kondisinya yang miring.
Lantas bagaimana dengan asal usul nama Jemabatan Merah? Seorang Ketua RT 04 Padukuhan Soropadan, Condongcatur, Kuwat pernah menuturkan, nama itu adalah kesepakatan warga sekitar untuk mempermudah pelaporan nama. Toh jembatan itu memang dicat warna merah.
Di sejumlah tempat, tak sedikit pula jembatan yang dicat dengan warna merah. Warna ini banyak digunakan supaya jembatan tidak tampak menyilaukan mata saat siang hari.
"Nama itu untuk mempermudah kita buat nama gang-gang jembatan merah karena untuk mempermudah semua alamat-alamat waktu itu padahal dulu kan apa-apa kiriman kan di kelurahan," kata Kuwat beberapa waktu lalu.
Â
Benda Pusaka
Soal cerita mistisnya, Kuwat menyebut telah dituturkan sejak zaman orang tua dulu. Katanya banyak penampakan-penampakan ketika ada yang melintas di jembatan tersebut.
Kabarnya, pada masa lampau banyak orang-orang yang dengan sengaja membuang benda-benda pusaka di aliran Kali Gajah Wong dan Kali Belang, satu tempat pembuangannya di sekitar Jembatan merah.
"Kalau dulu banyak orang yang ngomong di situ ada pocong, orang ngesot. Namanya sungai dan hal-hal gaib itu kan banyak, umpannya di situ ada pohon gede penunggu kan pasti ada. Ya kalau orang cerita denger ibu nangis banyak," ujar Kuwat.
Saat ini sekitaran Jembatan Merah dan jembatan baru yang dibuat Pemkab Sleman sudah cukup ramai, bahkan di sana ada warung bakso yang ramai dikunjungi. Bahkan setiap sore, para pengunjung yang datang bisa menikmati pemandangan sore.
Â
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement