Antara Dangdut, Politik, dan Ketut Sanjaya

Ahmad Adirin, jurnalis Liputan6.com di Blora baru saja menerbitkan buku ketiganya yang berjudul 'Ketut Sanjaya, Jejak Kesenian Si Anak Dangdut.'

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 12 Des 2023, 05:41 WIB
Diterbitkan 12 Des 2023, 05:41 WIB
Buku Ketut Sanjaya: Jejak Kesenian Si Anak Dangdut
Buku 'Ketut Sanjaya: Jejak Kesenian Si Anak Dangdut' tulisan jurnalis Liputan6.com Ahmad Adirin. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Blora - Ahmad Adirin, jurnalis Liputan6.com di Blora baru saja menerbitkan buku ketiganya. Buku berjudul Ketut Sanjaya: Jejak Kesenian Si Anak Dangdut, itu akhirnya rampung setelah disusun selama setahun.

"Mulai digarapnya akhir tahun 2022 lalu, selesainya awal tahun 2023. Dan baru bisa diterbitkan akhir tahun ini," ujar Adirin kepada wartawan, ditulis Senin (11/12/2023).

Dalam bukunya itu, Adirin mengulas secara jeli sosok Ketut Sanjaya. Bukan hanya dari sisi profesi penyanyi dangdut, tapi juga sebagai politikus perempuan yang moncer, hingga mampu tembus menjadi anggota DPRD tiga periode berturut-turut.

"Buku ketiga ini mengulas jejak kesenian Mak e Ketut Sanjaya selaku tokoh seniman dangdut. Dari mulai kecil hingga sekarang menjadi anggota dewan berturut-turut hingga yang ke tiga kalinya," katanya.

Menurut Adirin, ada semacam chemistry antara dangdut dan politik, dan di ranah itu Ketut Sanjaya mampu memanfaatkannya menjadi kekuatan untuk menggaet suara. Penyanyi dangdut kerap dimanfaatkan partai sebagai salah satu metode dalam kampanye. Peristiwa ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, yakni pada Pemilu 1955, bahkan hingga saat ini.

“Di sini kita bisa menilai Tingkat kecerdasaan Mak e Ketut memanfaatkan profesinya sebagai penyanyi dangdut untuk meraih suara. Tidak banyak penyanyi dangdut kampung yang bisa, apalagi dia perempuan,” kata Adirin.

 

Perempuan Dalam Politik

Adirin kemudian menjelaskan soal peran dan kedudukan perempuan dalam percaturan politik tanah air yang masih dipandang sebelah mata, apalagi di kampung-kampung dan desa, yang nuansa patriarkinya masih sangat kental. Melalui fenomena Ketut Sanjaya, Adirin mengkritisi masih adanya stereotipe perempuan di ranah politik, yang harus dilawan oleh perempuan itu sendiri.

“Ketut Sanjaya saya kira menjadi contoh yang paling dekat, dia mampu melawan dengan membangun kekuatan jaringan sosial yang terbangun natural dari profesinya sebagai penyanyi dangdut kampung,” kata Adirin.

Buku ini, kata Adirin, bukan hanya soal Ketut Sanjaya semata, tapi juga harapannya mampu membuka mata para perempuan lainnya, terutama di desa-desa, untuk tidak takut terjun ke dunia politik. Karena jika bukan perempuan itu sendiri yang turun tangan, siapa lagi yang mau mewujudkan aspirasi perempuan?  

Ahmad Adirin sebelumnya diketahui telah menulis buku Mengawal Program Bantuan Pangan di Blora dan Ngaji Bareng Abah Yai Muharror Ali. Lahirnya kedua buku itu menjadi pelecut semangat baginya untuk terus melahirkan karya-karya lain seputar Blora, di tengah kesibukannya sebagai jurnalis Liputan6.com.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya