Mahasiswa UGM  Juara Lomba Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal, Apa Urgensinya?

Tim mahasiswa UGM berhasil meraih Juara 1 Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal atau Geothermal Technology Innovation GFEST 2023 yang diselenggarakan oleh Indonesian Geothermal Association UPN Veteran Yogyakarta (INAGA UPNVY) pada 4 Desember 2023 lalu. 

oleh Yanuar H diperbarui 07 Jan 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2024, 15:00 WIB
Husni Mubarok, Production Enginer Pertamina Geothermal Energy berhasil mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase sebagai terobosan teknologi geotermal pertama di dunia. (Dok PGE)
Husni Mubarok, Production Enginer Pertamina Geothermal Energy berhasil mengembangkan sistem pengukuran laju alir dua fase sebagai terobosan teknologi geotermal pertama di dunia. (Dok PGE)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tim mahasiswa UGM yang terdiri dari M. Rizki Ramadhan dan M. Syafaq Abdallah dari Teknik Geologi serta Adnan Farhat Rizalis dan Hafiz Agung Maulana dari Teknik Mesin ini tidak menyangka akan juara 1 Geothermal Technology Innovation GFEST 2023. Hafiz Agung Maulana, salah satu anggota tim Mechanica Telluris FT UGM ini mengaku memerlukan waktu sekitar tiga bulan dimulai dari mengumpulkan ide dan referensi, serta konsultasi dengan dosen pembimbing dalam Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal ini. 

“Awalnya kami tidak menyangka akan menang dikarenakan pesertanya dari universitas-universitas terbaik di Indonesia, tapi kami bersyukur bersyukur bisa memenangkan perlombaan tersebut,” kata Agung dalam rilis yang dikirim Rabu 3 Januari 2024.

Tim mahasiswa UGM membawakan karya tulis yang mengintegrasikan teknologi Enhance Geothermal System (EGS) dan Organic Rankine Cycle (ORC) untuk meningkatkan efisiensi sistem geothermal khususnya pada kasus site geothermal dengan low-medium enthalpy. Dalam kompetisi presentasi dan lomba poster inovasi teknologi geothermal ini, timnya membuat makalah setebal 60 halaman dan saat lolos seleksi diminta untuk mempresentasikan hasil inovasi tersebut dihadapan dewan juri. 

Agung mengatakan dalam Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal ini timnya mengangkat tema besar banyaknya potensi geothermal di Indonesia yang bersifat low-medium enthalpy namun berada pada kawasan hutan lindung dan hutan adat sehingga menyulitkan pengembangan pembangkit geothermal di Indonesia. 

“Pada sistem yang kami hadirkan, air panas sisa dari pembangkit geothermal dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pengering hasil pertanian masyarakat sekitar, misalnya kopi, dengan harapan masyarakat sekitar juga dapat merasakan manfaat langsung dari pembangun proyek tersebut,” paparnya.

Menjuarai Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal ini Agung mengaku tidak mudah. Sebab tidak mudah merealisasikan ide dan gagasan inovasi tersebut dalam makalahnya apalagi di dalam timnya memiliki cara pandang berbeda dalam menyelesaikan sebuah persoalan. 

“Tantangan awalnya pertama yang pasti karena kami dari disiplin ilmu yang berbeda, sempat ada beberapa kali perbedaan pandangan terhadap ide yang ingin kami hadirkan, namun hal itu bisa kami atasi karena kami memiliki visi yang sama tentang masa depan energi di Indonesia,” jelasnya

Menurutnya teknologi EGS dan ORC merupakan teknologi yang sudah pernah diterapkan di luar negeri, namun untuk indonesia teknologi tersebut merupakan teknologi yang belum pernah ada sehingga penting diangkat dalam Kompetisi Inovasi Teknologi Geothermal ini. 

“Bagi kami  integrasi dari kedua teknologi tersebut sebenarnya masih jarang dibahas oleh banyak orang sehingga ide ini bisa mendukung perkembangan energi geothermal di tanah air,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya