Liputan6.com, Jakarta - Media Survei Nasional atau Median baru saja merilis hasil temuannya terkait elektabilitas partai-partai peserta Pemilu 2024, Sabtu (10/2/2024). Pengambilan data survei dilakukan pada 30 Januari - 4 Februari 2024, dengan populasi survei yaitu seluruh warga yang memiliki hak suara.
Survei dilakukan secara face to face interview dengan target responden mencapai 1.100 sample. Sementara margin of error sebesar +/- 2,95% pada tingkat kepercayaan 95%. Sample dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional, atas populasi provinsi dan gender.
Baca Juga
Hasilnya ditemukan data, Partai Gerindra menggeser PDI-P di puncak, sementara ada dua partai non-parlemen yang berpotensi lolos ke Senayan.
Advertisement
Berikut 10 elektabiltas parpol terbaru menurut hasil survei Median:
- Gerindra (20,4%)
- PDIP (19,2%)
- Golkar (10,0%)
- PKB (9,0%)
- Nasdem (7,1%)
- PKS (5,8%)
- Demokrat (4,3%)
- PAN (4,2%)
- PSI (4,2%)
- Partai Gelora (4,0%)
Sementara di bawah Partai Gelora ada PPP dengan 1,2% disusul Perindo, Partai Hanura, dan Partai Buruh dengan 0,5%, kemudian ada PBB 0,4%, PKN 0,3%, Partai Ummat 0,2%, dan Partai Garuda 0,1%. Sedangkan Undecided ada di angka 8,5%.
Peneliti Median Ade Irfan Abdurahman mengatakan, peningkatan elektabilitas Gerindra dipengaruhi dukungan partai terhadap capres Prabowo. Faktor lainnya adanya cottail effect (efek ekor jas) dari Prabowo yang membuat Gerindra mengalami tren positif.
Sedangkan untuk PSI, faktor yang membuat elektabilitasnya meningkat pesat sehingga diprediksi lolos ke Senyan, yakni karena partai tersebut selalu diasosiasikan dengan Jokowi.
"Partai Gelora meningkat karena awarness terhadap janji dan program partai, seperti kuliah gratis, subsidi gizi bagi ibu hamil dan anak sekolah," katanya.
Merepresentasikan Suara Pilpres?
Saat ditanya apakah elektabilitas partai politik merepresentasikan suara Pilpres 2024, artinya apakah partai yang dipilih menjamin akan dipilih juga capres yang diusungnya? Ade Irfan mengatakan, berdasarkan hasil temuan survei sebelumnya pada Desember, secara umum tidak menjamin.
"Apakah semua pemilih partai memilih capres yang diusungnya? Ada beberapa kemungkinan, ada beberapa data, ternyata kalau partai pengusung kayak misalnya PKS memang mayoritas pemilihnya memilih AMIN, Nasdem juga begitu, Gerindra juga begitu, PDIP juga begitu, cuma fifty-fifty, masih lebih banyak ke Ganjar, tapi ada juga sebagian yang ke Prabowo-Gibran, cuma sedikit yang ke AMIN," katanya.
Intinya, kata Ade, ada pengaruh partai terhadap pemilihan paslon di Pilpres, namun tidak apple to apple. PPP menjadi contoh kasusnya, berdasarkan survei sebelumnya pemilih grasroot PPP lebih condong ke Anies-Muhaimin
"Di survei sebelumnya PPP grasrootnya masih lebih banyak ke AMIN daripada ke Ganjar, nah itu yang tercapture di bulan Desember," katanya.
Ade mengatakan, kegamanan di akar rumput mempengaruhi anjloknya elektabilitas PPP, sehingga berpotensi disalip Gelora dan PSI.
Advertisement